Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Negara Reaksioner dan Superioritas Bjorka

16 September 2022   13:17 Diperbarui: 17 September 2022   18:00 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bjorka yang didukung sekaligus dikecam. Sumber: Kompas.com/Galuh Putri Riyanto

Mengutip berita yang dimuat Kompas.com, Satgas tersebut terdiri dari Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menerangkan bahwa "Kita membuat Satgas untuk lebih berhati-hati karena dua hal. Pertama, peristiwa ini mengingatkan kita agar kita memang membangun sistem yang lebih canggih."

Kemudian, ditambahkan juga bahwa pembentukan satgas tersebut berkaitan dengan posisi Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang sebulan ke depan segera diproses menjadi UU. 

Dalam pada itu, fundamental penting yang disampaikan Mahfud MD adalah "Itu memang juga memuat arahan agar ada satu tim yang bekerja untuk keamanan siber dan untuk masyarakat Indonesia yang data-data yang sifatnya rahasia, sampai sekarang belum ada, sampai detik ini."
 
Pernyataan si bapak menteri Menko boleh dicurigai sebagai "eksisnya lubang hitam yang telanjang" dalam sistem keamanan siber nasional. Serupa kompleksitas masalah yang selalu ingin ditutup dengan pidato-pidato yang gagah perkasa tentang Indonesia masa depan yang berdaulat sebagai ekosistem digital strategis namun garansi keamanannya tak rampung juga. 

Kedua, senada dengan pernyataan di atas, keberadaan lubang itu juga menampilkan kerumitan lain yang sama mencemaskannya yakni tentang negara yang kelimpungan melindungi data pribadi. Kelimpungan yang berlarut-larut adalah rahim konservasi bagi para peretas, bukan? 

Maka, tidak berlebihan jika warganet mengeluk-elukan manuver-manuver Bjorka. Sebab itu mewakili sindirin bagi negara berwatak reaksioner.

Sehingga, jika Bjorka ditanggapi dalam pertentangan moral, sebagai pahlawan atau penjahat, sejatinya hanya membuat kita berkelahi dengan bayangan sendiri. Kita sedang memukul sesuatu yang kita ciptakan di bawah cahaya. 

Maksud saya, penemuan akan proses-proses teknologis yang efisien, efektif, terkontrol dan serba cepat telah menciptakan bumi manusia yang tidak lagi bergantung pada univers yang fisik. Manusia hari ini berlomba-lomba membangun ekosistem multiverse dimana batas-batas  negara, nasionalisme, dan klaim-klaim akan kepentingan nasional terdengar layu.

Para pemimpin negara-bangsa bukan tidak paham jika dunia seperti ini bisa saja melahirkan "teroris digital". 

Terminologi teroris digital bukan pada mereka yang belajar meneror dengan melihat konten tutorial yang disebar lewat jaringan internet. Sebaliknya, teroris digital menunjuk mereka yang memahami betul tata cara paling efektif menghancurkan ekosistem digital sebuah nasion dan melakukannya tanpa ampun.

Demi sesuatu yang non-ideologis. Tapi dipicu merayakan kegilaan dan hasrat akan penghancuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun