Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Negara Reaksioner dan Superioritas Bjorka

16 September 2022   13:17 Diperbarui: 17 September 2022   18:00 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bjorka yang didukung sekaligus dikecam. Sumber: Kompas.com/Galuh Putri Riyanto

Bjorka mula-mula adalah aksi peretasan. Sebagai sebuah nama, anonimitas di jagad virtual. Tapi ini tidak cukup.

Sebab Bjorka juga adalah cara berpikir, sebuah kritik, dan olok-olok yang menjengkelkan. Pun dengan kepanikan bersama kejengkelan kecil yang diciptakannya, sesungguhnya, belum karena kapasitas merusak yang luar biasa. 

Oleh sebab itu, saya kira, drama pembelaan, kepanikan, kehebohan dan kejengkelan yang berlangsung beberapa hari ini mesti dilihat pada pangkalnya. Yaitu bahwa semua ini "diciptaan negara sendiri". 

Mengapa begitu? 

Kita tidak sedang bicara bahwa di tengah kasus pembunuhan yang melibatkan pejabat tinggi kepolisian atau keputusan menaikan harga BBM yang mendulang demonstrasi dimana-mana, lantas Bjorka dilahirkan sebagai modus untuk pengalihan. 

Pemaknaan yang konspiratif seperti ini justru akan mengaburkan satu fakta penting.

Bahwasanya negara berikut aparatusnya, maka sebutlah saja para pejabatnya yang berkewenangan mengatur rupa-rupa digitalisme, masih saja berkubang masalah yang sama. Bersama segala macam judul high-tech: ekosistem digital, revolusi 5.0, smart city, dll, dkk, mereka masih berjibaku dengan persoalan yang sama. 

Mereka berkubang kegagalan menciptakan keamanan data yang unggul dan tepercaya. Walhasil, sistemnya mudah diretas dan karena ini (wajar?) diolok-olok. 

Tapi ini baru satu perkara yang mencemaskan. 

Cara negara merespon serangan ini adalah bentuk yang tak kalah mencemaskannya. Karena itu juga, merasa harus tersinggung secara nasional dengan kata-kata "Stop Being an Idiot!" adalah sejenis absurditas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun