Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biaya Kuliah (Selalu Akan) Mahal, tapi Menjadi Warga Negara Lebih Berat dari Itu

1 Agustus 2022   11:19 Diperbarui: 1 Agustus 2022   12:01 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bahkan tidak membicarakan universitas Sam Ratulangi adalah kampus seperti apa, bagaimana dia ada, dan siapa sebenarnya Sam Ratulangi itu. Parah memang. 

Perasaan saya seolah duta dari kampung kecil yang diberi kehormatan meneguk cap Tikus yang murni langsung di pusat penemuannya yang agung. Tidak seperti oplosan yang dijual di warung pinggir jalan sekitar Abepura.

Maka saya berangkat dengan emosi yang ambivalen. Dari atas kapal buatan Jerman, KM Umsini, saya melihat wajah ibu saya di bawah sana. Belum ada perasaan sedih. 

Saya masih diselimuti gembira, akhirnya bisa tembus universitas negeri dan membuat bapak yang keras hati itu bisa sedikit bangga sesudah tahun-tahun yang menjengkelkan di SMA, hehehe. 

Kapal bajalan, ngana masi di dermaga. Lanbaikan tangan kong baseka air mata. Akhirnya saya akan pergi ke kota dimana tembang Manado itu dinyanyikan. Selamat tinggal Jayapura, sampai jumpa lagi. 

Perlahan, kapal berlayar dan serangan psikis terhadap perantau pemula dimulai. Drama yang konstan.

Entah dari mana, angin basah dan bau udara yang asin itu membawa serangan kehampaan yang tak bisa ditolak. Tiba-tiba saja saya kangen rumah, kangen mama dan dua adik, kangen perumnas IV; kangen kepada segala yang mengasuh masa remaja. Duh. 

Celakanya di malam pertama ketika sedang tidur di lorong yang menuju kamar kelas, saya kehilangan dompet, tiket dan identitas. Makin menjadi-jadilah kangen dan kesedihan itu. Bagaimana saya bisa tiba di Bitung? 

Belum juga tiba di tujuan, sudah kehilangan begini. Tapi keputusan sudah diambil. Sekali layar terkembang, pantang surut ke tepian.

Saya memutuskan mengikuti permainan di kapal. Bayar saja petugas, lalu bersiaplah kucing-kucingan. Cara ini sukses membuat saya akhirnya tiba di Bitung dan dijemput Om yang tinggal di Maumbi, Minahasa Utara. Jelang subuh.

Menjadi Mahasiswa Fisipol 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun