Kita bisa meraba kemungkinan ini dari komentar mba Ariyani Na di artikel yang sama di atas.
Katanya begini: jati kumoro kucing jambon... ??? sekali bikin tulisan serius ... sejarah banget, sekalinya nyantai gak jau2 dari kent** dan yang habul2....berarti mas jati emang guru di banyak bidang ya.Â
Mba Ariyani Na tak salah simpulan. 5 Artikel terakhir mas Jati sebelum wafat berbicara sejarah, khususnya kerajaan-kerajaan di Jawa.Â
Ciri lainnya yang kuat, kedua, adalah sikap tidak ambil pusingnya kepada penilaian admin. Perkara Artikel Utama, Pilihan atau HL (Hanya Lewat) hanya memusingkan akun-akun amatir, seperti saya.Â
Sebagaimana sudah dikatakan bang Boyke dan ditegaskan oleh pakde Ahmad Jayakardi.
Jati Kumoro? Seorang yg sudah madeg Panembahan (Habul) yg tak lagi peduli urusan duniawi, termasuk HL di Kompasiana hihihi.....Â
Rasanya bagi Jati Kumoro, kesibukan meraih predikat di Kompasiana justru menghilangkan aspek emansipatif dari menulis. Aspek itu adalah kemerdekaan bercerita. Menulis adalah menulis saja. Toh kita semua juga bukan siapa-siapa.
Satu lagi yang saya kira penting adalah kehadiran Jati Kumoro yang selalu tampil biasa-biasa saja. Namun di dalam ke-biasa-biasa-sajanya itu, dia memiliki ketrampilan yang khas.Â
Ketrampilan menulis yang membuat pembacanya menemukan humor yang segar atau cerita sejarah yang dikerjakan dengan cukup teliti walau "seringkali nggantung".Â
Seperti kata-kata om Felix Tani yang berkomentar seperti ini. Halo Mas Aji, kalau tak salah duga, Mas Jati itu ahli folklor, makanya jago menulis humor habul, hehehe, salam.Â
Ada banyak kawan-kawan K'ers yang merasa kehilangan dengan berpulangan mas Jati. Apa yang tertulis di sini hanyalah segelintir kesaksian saya dan beberapa rekan yang terekam di artikel berumur 7 tahun itu.