Garuda kita tetap saja kalah solid, kalah kolektif, kalah taktis, kalah mentalitas. Kalah dalam organisasi bermain, kalah dalam skil individual. Kalah dalam segala hal yang menjadi syarat mengapa sebuah tim bisa menang dan mengapa sebuah tim tidak akan pernah kemana-mana.
Thailand masih seperti tim dari dunia para dewa yang terpaksa bermain dengan manusia karena kesalahan teritorial. Sedang tim nasinal Garuda kita tercinta tak pernah pergi dari takdir Sisifus yang malang.Â
Tapi kita tetap harus cinta. Dan karena itu harus selalu ikhlas menderita. Tak peduli entah sampai kapan.Â
Kita tetap harus semangat menghadapi takdir kesia-siaan ini. Kita jangan sampai lupa bahwa penderitaan hari ini karena sepak bola yang medioker di Asia Tenggara bukanlah sesuatu yang harus kita besar-besarkan.Â
Ke-waduh-waduh-an kita yang melihat timnas tak berdaya janganlah membuat kita kapok.Â
Sadarilah bahwa kita tidak pernah tahu caranya menendang bola dengan benar. Kita tak pernah tahu apa saja yang sudah dilakukan pengurus PSSI yang budiman.Â
Dan, yang tak boleh diabaikan adalah dalam penderitaan yang panjang ini kita telah bersama-sama dengan Raisa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H