Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Thailand yang Tak Tersentuh dan Timnas Indonesia yang Masih Saja Waduh!

29 Desember 2021   23:12 Diperbarui: 30 Desember 2021   05:29 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Celakanya saya tergolong yang masih saja kemakan bahwa akan ada keajaiban itu. 

Sekalipun seorang ibu yang berani menenggelamkan kapal pencuri ikan tanpa mesti berpendidikan tinggi bernama Susi Pudjiastuti turut membuat cuitan yang penuh harap dan doa agar tim nasional edisi pandemi ini boleh juara. Saya mestinya tetap hati-hati dengan "akan ada keajaiban!"

Padahal gelagatnya telah telanjang menampakan dirinya. Ketika Asnawi, dkk dibikin Vietnam cuma bermain demi tak kalah, demi hasil imbang, saya mestinya curiga tidakkah kapasitas tim ini sudah mentok? 

Terlebih lagi ketika menyaksikan bagaimana Thailand yang begitu komplit-perfecto alias solid, taktis, percaya diri, stabil, modern dan tetap yakin bahwa semua akan baik-baik saja jika kita memang telah menyiapkan segalanya begitu kokoh meredam Vietnam. 

Bukan saja mati gaya, pasukan dari tanah air mbah Ho Chi Minh ini dibikin bertarung dengan dirinya sendiri. Persis komunisme yang rontok di zaman Mikhail Gorbachev , wekekek.

Setidaknya, saya seyogyanya membuang pengharapan yang aneh-aneh ketika tak sengaja melihat bung Ropan dan om Weshly Hutagalung di sebuah stasiun televisi swasta bilang, kira-kira begini,"Kalau main demi tak kalah saja, kita gak akan kemana-mana."

Tidak boleh percaya dalam waktu yang singkat, dengan kompetisi yang morat-marit, seorang juru taktik yang pernah bikin malu raksasa turnamen sekelas Jerman di piala dunia 2018 boleh menghadirkan sihir yang sama. 

Tapi bukankah cara mereka menghentikan Malaysia dan Singapura begitu penuh dengan pengorbanan?

Tentu saja pengorbanan tak kenal syarat para pemain demi nama baik negeri dan kebahagiaan pecinta tim nasional adalah kerja keras yang tak bisa dinilai dengan apapun. Tapi kita tetap harus realistis dan menginjak bumi, boy.

Dua nama yang disebut sebelumnya telah berkembang hingga mencapai satu atau dua level di atas kita. Di atas musuh bebuyutan lahir batin kita: Malaysia, dan di atas negeri kecil yang konon level kemajuannya sudah lama di depan kita: Singapura.

Bersama Malaysia dan Singapura atau Filipina, kita adalah sepantaran yang berada di dalam satu kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun