"Bunyinya sama."
Asal-usul bunyi diganti, pertandingan dilanjutkan lagi. Suasana kembali penuh sorak sorai. Semua orang bergembira. Ketika jeda antara babak, mereka yang terlatih vocal group gantian menghibur penonton.
Pertandingan akhirnya selesai. Penonton bubar. Kami balik ke Manado.
Saya tak tahu berapa duit berhasil terkumpul dari sore yang riuh itu. Sepanjang perjalanan dengan truk, saya dan kawan-kawan diliputi kegembiraan kecil.
Bukan apa-apa. Membantu keinginan mereka mengumpulkan dana musyawarah organisasi dengan bersama-sama mengatasi keterbatasan adalah  kebanggaan tersendiri.
Mereka mengajarkan satu pengalaman penting. Mengatasi keterbatasan dengan kebersamaan yang gigih bukan semata alasan menolak menyebar proposal permohonan dana terlalu banyak.
Mereka paham benar, tercerai berai dalam kesendirian adalah malapetaka. Terlebih di hadapan kekuasaan yang masih mengabaikan perlindungan dan pemenuhan hak kawan-kawan penyandang disabilitas.
Kekuasaan dari mereka yang normal, angkuh dan lupa diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI