Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Krisis (di) Juventus?

1 November 2021   15:20 Diperbarui: 1 November 2021   19:08 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kapten Juventus Paulo Dybala dan penyerang Federico Bernardeschi. Juventus lagi-lagi menderita kekalahan mengejutkan, kali ini dari Hellas Verona pada Minggu (31/10/2021) dini hari WIB.| Sumber: AFP/MARCO BERTORELLO via Kompas.com

Soal krisis (di) Juventus. Hingga giornata ke-11, Dybala dkk cuma menghasilkan 15 poin. Selisih poin yang sama yang menjaga jarak dengan pemuncak klasmen, Napoli. Napoli bersama Milan adalah dua yang masih belum terkalahkan, penuh tekad, dan tengah lapar kemenangan. 

Poin milik Juventus ini sejajar dengan yang capaian Verona dan Empoli, dua tim yang telah memberikan kekalahan mengenaskan ke Nyonya Tua. Lebih celaka lagi, tim ini cuma bisa bikin 15 gol dan kebobolan 15 juga alias gol difference-nya NOL.

Jadi, sebenarnya 'La Vecchia Signora' edisi ke-2 Max Allegri ini sedang menderita apa di Serie A? Apa yang tidak cukup bekerja dengan baik?

Pembanding terdekatnya adalah situasi kompetitif di Liga Champions Eropa. Bergabung di grup H bersama juara bertahan Chelsea, Zenith, dan Malmo, 3 laga mereka hadapi dengan hasil sempurna. Bukan sebatas itu, mereka juga belum kebobolan dan bikin 5 gol. Tanpa cacat di puncak grup sejauh ini.

Tentu saja situasi kompetisi Serie A yang lebih intens dan dinamis tidak bisa disamakan dengan putaran Liga Champions. Selain pendekatan atau cara bermain dimana setiap tim diharuskan bekerja keras di setiap pekan untuk menjaga tetap berada di level siap tempur. Ada juga narasi dendam historis yang menjaga persaingan selalu memiliki titik didihnya sendiri-sendiri. 

Pertanyaannya akan tetap sama, mengapa stabilitas yang pragmatis khas Juventus di persaingan para juara Eropa tak memiliki korelasi dengan persaingan domestik?

Kita mungkin tidak terlalu perlu mengulik statistik masa lalu untuk menduga-duga arah Juventus di musim ini. Misalnya dengan membandingkan permulaan buruk ini serupa dengan musim kompetisi 1941/42, tahun 1968/69 dan 1970/71. 

Di tiga musim ini, Juventus gagal finis di 4 besar. Bedanya, saat itu Serie A masih menggunakan sistem 2 poin untuk hasil menang dan 1 untuk hasil imbang.    

Mungkin kita perlu melihat situasi kekinian dan lebih kedalam. Sumbernya adalah pernyataan Allegri dan Dybala, yang mengambil tanggung jawab sebagai kapten tim musim ini. 

Sesudah kekalahan dari Verona, seperti yang termuat di Football Italia, Allegri bilang kalau skuad Juventus harus menerima kenyataan jika mereka tidak lebih baik dari Verona dan harus menemukan kembali kerendahan hati untuk kembali bertarung merebut poin. Juventus harus terima kenyataan jika status mereka adalah petarung papan tengah (mid-table team)

Senada dengan hal itu, Dybala juga mengatakan di laman yang sama, "Kita harus ingat bahwa kita adalah Juventus dan kita harus menghormati seragam ini, sejarahnya, juga para juara hebat yang memakainya di masa lalu." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun