Chelsea gagal total. Hasil yang memaksa manajer Tuchel berkesimpulan, "I felt we were a bit slow and tired, mentally slow, decision making. That's why it's a strange one to analyse." Sebagaimana dimuat dalam Football Italia juga.
Jika Lukaku, dkk sampai terlihat lelah, lamban secara mental dan pengambilan keputusan, tidakkah itu sama mengatakan taktik Allegri telah menciptakan kebuntuan yang seksama dalam tempo 90 menit?
Itu artinya, pilihan untuk kembali ke gaya yang penting tahu "caranya lolos dari badai selayaknya seorang pelaut" gaya Allegri adalah sejenis konservatisme yang sedang memulihkan kehendak untuk kembali dominan, terutama di Serie A.
Pilihan yang semestinya membuat Juventini tidak gembira mengingat Sarriball yang agresif itu harusnya membuka transisi yang konstan dari perubahan karakteristik La Vecchia Signora. Atau sekurangnya bagi saya, yang terdampar di antara kata-kata dan harap seorang fans, yang penasaran serupa Juventus andai direvolusi oleh jenius selevel Pep Guardiola atau Jurgen Klopp.
Setidaknya mendekati narasi historis timnas Italia di tangan Roberto Mancini yang berangsur-angsur bertransformasi dari cangkang lama Catenaccio. Hasilnya bukan saja juara Eropa edisi pandemi dengan lagi-lagi dan lagi menyingkirkan Inggis, Italia-nya Mancini adalah tim nasional terlama di dunia yang belum terkalahkan hingga saat ini. Italia yang menghibur dan stabil.
Tapi, sekali lagi, ini musim baru dimulai. Allegri juga baru kembali dengan fleksibilitas yang masih akan diimprovisasi. Tetap bersabar dan tetap #FinoAllaFine. Forza Juventus!
Pelaut harus terus berlayar dan lautan tidak menyediakan badai hanya sekali. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H