Semoga Mou yang kembali dari daratan Inggris dengan riwayat sebagai pecatan itu tidak mendapat julukan---dalam sebutan orang Manado hari ini---The Special La Mou: Lala Mou-lu! Lelah mulut doang alias tersisa bacot yang gede. Heheu.
Tentu saja musim masih panjang, walau tak sepanjang pandemi yang mutasi virusnya mungkin hanya kalah cepat dengan penyakit lupa politisi (!)
Sebab itu juga, mengikuti keyakinan Marcello Lippi kepada Allegri, saya kira sosok yang satu ini akan menemukan identitas bermainnya. Persis yang dilakukannya terhadap warisan Conte dengan 3 musim yang superdordinat. Optimisme dan kesempatan tetap harus disediakan.
Identitas bermain yang saya maksud adalah mengembalikan pertahanan yang solid dan seimbang serta efektifitas dalam menyerang. Dengan kata lain, Juventus tidak akan ngotot harus sedominan gaya Sarriball atau di dalam filosofi Pirlo.
Artinya menjadi menjemukan atau jauh dari kemampuan menghibur? Tidak usah ditanyakan, di catatan sejarah dua nama sebelumnya, Juventus tak pernah jauh pergi dari membosankan. Untuk apa sepakbola menghibur tanpa gelar? Klise? Lah, memangnya ada jawaban yang lebih baik dari ini?
Subuh barusan, pernyataan ini terjadi. Menghadapi sang juara Champions musim lalu, Bonucci, dkk bermain lebih bertahan. Tanpa Dybala atau Morata, Allegri memilih memasang (Lord) Bernardeschi dan Chiesa---yang kembali menjadi "Special Weapon"---dibanding memainkan Kean.
Walau mengusung skema 4-3-3, segera kelihatanlah jika Juventus akan menumpuk manusia di tengah, menjaga kerapatan antar ruang dan pergerakan, lantas mencuri malapetaka lewat serangan balik mematikan warisan leluhur. Dalam skema itu juga, Bernardeschi dan Cuadrado yang walau sering banyak gaya dan kehilangan momentum, masih lebih baik dibandingkan Kulusevski dalam fungsi ini.
Sedang Chelsea yang gemar bermain cepat dan umpan pendek seperti diberikan atmosfir yang diinginkan. Setidaknya tak seperti kekalahan tipis 0-1 dari Man City sebelum tandang ke Allianz Stadium. Kali ini mereka akan datang untuk dominan dan berharap bisa merajalele, eh, merajalela.
Seperti apa statistik yang tercatat?
"The Blues" yang mengharapkan pelampiasan dan mengakhiri kutukan Italia (dalam 5 perjumpaan dengan tim dari Negeri Pizaa tak pernah menang) bermain dengan penguasaan bola hingga 66%. Tapi, tak ada ancaman yang sungguh-sungguh merepotkan Wojciech Szczesny yang sejujurnya sedang dalam trend buruk.
Lukaku yang sedang tajam-tajamnya hampir tak berkutik. Pertama karena pengawalan ketat duet De Ligt-Bonucci dan blocking yang sukses dijalani oleh sang idola baru, mari kita sebut dengan gembira, Locatelli. Demikian juga dengan De Ligt yang kembali tampil kalem.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!