Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hari Ketika Juventus Tidak Ingin Menjadi Apa-apa Selain Gagasannya Sendiri

21 Januari 2021   08:03 Diperbarui: 22 Januari 2021   09:32 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi gol pamungkas Alvaro Morata yang menyempurnakan tangis Insigne. Juventus positif juara Super Cup edisi Pandemi | Juventus.com

Napoli bermain dengan serangannya yang khas. Bola pendek cepat yang mencari ruang bagi kemungkinan. Sedang Juventus tetap konsisten bergaya rapat dan yang tak kalah penting, tak terlihat panik. Arthur-McKennie-Bentancur terlihat disiplin menjaga ruang di tengah, ruang yang seringkali krusial di saat transisi. Kombinasi 4 back senior: Cuadrado (yang baru saja negatif Covid-19, salut!) duet Chiellini-Bonucci serta Danilo tampil dengan pengalaman masing-masing. Belum lagi peran sang kiper asal Polandia yang namanya susah dieja itu.

Pendek kata, sebagaimana dikatakan kapten Chiellini, mereka tahu caranya menghadang Napoli. Di Football Italia, pria yang sudah lima kali mengangkat tropi Supercup ini berkata, "I think we played with great unity as a team, both defending and attacking, which isn't easy against a side like Napoli who are very dangerous on the counter and in their quick passing. The midfield did really well to ensure hardly anything reached us in defence." 

Juventus telah tampil dengan persatuan yang hebat sebagai tim, baik saat menyerang atau bertahan. Sesuatu  yang tak mudah manakala melawan Napoli yang sangat berbahaya dengan serangan balik dan passing cepat. Lini tengah melakukannya dengan sangat baik untuk memastikan hampir tidak ada yang mencapai kami di pertahanan. 

Ini Juventus yang kembali dari rasa sakit di San Siro, kemarin. Kekalahan 2 gol tanpa balas yang dinilai Del Piero boleh terjadi karena Juventus tertidur di sepanjang laga. Tapi Nyonya Tua adalah Nyonya Tua, mereka selalu akan kembali. Bukan cuma para veteran!--kata-kata ini dari saya. 

Pertanyaannya, seperti apakah dorongan dari rasa sakit itu bekerja kala berseragam putih-hitam? Bagimanakah ia bergumul pada diri seorang pemain?

Mari kita bertanya pada sang legenda. Dalam kitab "Giochiamo Ancora/Playing On (KPG: 2018)", Del Piero bilang begini:

Sesekali, orang-orang bakal bertanya apa arti Juventus bagi saya. Saya pikir Juventus lebih dari tim sepak bola, Juventus adalah gagasan. Semangat tim berarti mengenali diri kita seperti warna seragam tim kita, dan apa yang terjadi pada diri saya sering tidak terjadi di sepak bola modern. Saya menjadi "maskot" , dan peran ini berasal rasa memiliki klub yang saya dan rekan-rekan satu tim punyai ketika menerima kepindahan kami ke Serie B. Ini perkara gengsi, berasal dari kewajiban membantu hewan yang terluka. 

Kita akan selalu ingat, saat disanksi harus berlaga di Serie B, King Alex memilih tetap bertahan. Tidak serupa Zlatan (yang kini lebih Milan dari sebelumnya) atau Cannavaro atau Thuram. Padahal sepak bola modern mudah memosisikan pemain tidak lebih dari petarung kompetisi, pemburu gelar dan komoditi penghasil laba. Cinta dan loyalitas pada klub mudah terdengar percakapan yang mengada-ada belaka, kalau bukan modus. 

Namun bagi Del Piero, "Un vero cavaliere non lascia mai una signora!"*)

Ketika kami mengatakan bahwa Juve adalah tim Italia yang paling dicintai sekaligus dibenci, kami menyampaikan kebenaran yang hakiki. Kesuksesan selama lebih dari 100 tahun di bangun di atas kebenaran ini, karena mengetahui kami dicintai sekaligus dibenci memberikan tenaga yang hebat. Inilah yang disebut dengan "beban mengenakan seragam klub": kita mengerahkan usaha melebihi kemampuan. Kita bermain lebih baik karena kita bersama Juventus (hal 114-115). 

Juventus adalah semangat hidup yang dibentuk oleh relasi paling dicintai sekaligus paling dibenci. Rada absurd, sih. Namun kita boleh membayangkan jika dalam ketegangan seperti itu, para pemainnya selalu dituntut untuk tampil sempurna. Tampil dengan kualitas adimanusiawi, barangkali. Kualitas yang menuntut kemenangan terus menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun