Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Juventus Memang Tak Pantas Menang

17 Desember 2020   15:28 Diperbarui: 18 Desember 2020   09:04 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel ketat De Ligt dan Zapata yang menandai hasil imbang Juventus Vs. Atalanta | Sumber: Juventus.com

Sesudah laga tengah pekan (laga ke-12), posisi Juventus di empat besar Serie A menggambarkan persaingan yang setara. 

Milan di peringkat pertama kini berjarak satu poin saja dengan musuh sekotanya, Inter Milan. Hasil imbang di markas Genoa memaksa tim yang mengembalikan keganasan Ibrahimovic ini tertahan di poin 28. 

Sedangkan Inter Milan yang mengenaskan di persaingan elite Eropa berhasil menjaga martabatnya dengan penalti yang diprotes keras Insigne. Inter menang 1:0 atas Napoli subuh tadi dan mengumpulkan poin 27. 

Sedang La Vecchia Signora yang harus keteteran menghadapi ujian Atalanta ada di posisi tiga dengan 24 poin. Diikuti Napoli yang angin-anginan dengan 23 poin. AS Roma dan Lazio? Roma hanya lebih baik karena baru dua kali kalah. Dua kali lebih sedikit dari Lazio. 

Musim masih panjang, persaingan akan tetap berada di level mendebarkan. Di antara "The Big Four" ini, tak ada yang benar-benar stabil, bukan? Pasang surut masih mendera beserta hasil-hasil ganjil yang tak terbayangkan sebelumnya. 

Tidakkah ini pertunjukan Serie A yang kamu dirindukan, kawan? Tak ada yang juara berturut-turut lagi sampai satu dekade!

Jadi, mari kita bicarakan Juventus yang sudah saya bayangkan akan mengalami ujian yang sesungguhnya. Menghadapi Atalanta yang sejak 2016 terus berkembang bersama Gian Piero Gasperini. 

Mereka memang terakhir kali mengalahkan Juventus di kandang tahun 1989. Namun Atalanta yang sekarang, sekurangnya dalam 3 musim terakhir, telah berkembang sebagai ancaman yang nyata. 

Dengan nilai skuad yang tidak lebih mahal dari milik Sampdoria, klub yang didirikan oleh beberapa orang pelajar dari Swiss di tahun 1907 kini disebut sebagai 'The True Nerazzurri".  

Sebuah olok-olok kepada Inter(isti) yang berjuang melawan inkonsistensi sepanjang 3 musim terakhir. Hihihi.

Juventus Memang Tak Pantas Menang

Atalanta bermain dengan baik. Bermain terbuka, menyerang dan disiplin. Tak terlihat mereka sedang bermain tandang. Tak terasa ada jejak konflik antara Gasperini dan sang kapten, Papu Gomez. Mereka tetap menatap Juventus Stadium dengan kolektivitas solid. 

Gomez bahkan dimainkan Gasperini. Ini adalah modalitas pertama: tetap solid dan menolak kehilangan karakter.

Ihwal berikutnya, Atalanta juga bermain lebih efektif dan cerdik. Cara mereka mengeksploitasi kelemahan transisi Juventus adalah keberhasilan berikutnya. Juventus yang masih kesulitan menyerang-bertahan dan berkali-kali dikomentari Pirlo-terus kapan bisa move-on dari problem fundamental begini, Profesor? 

Gol balasan Atalanta datang dari "kekacauan transisi" yang menciptakan lubang di depan Bonucci yang barusan mencapai 300 penampilan dengan Nyonya Tua. Satu sepakan keras Remo Fleuler mencoreng penyelamatan Szczesny yang bermain gemilang. 

Selanjutnya adalah Atalanta lebih bisa menjaga keseimbangan. Mereka bukannya tak tertekan karena laku high defensive line de Ligt, dkk. Gol Chiesa adalah kesalahan yang terbentuk karena taktik ini. Termasuk beberapa kali kelimpungan dengan serangan balik cepat Juventus. Tapi, covering area-nya terbukti efektif. 

Artinya, mereka bermain dengan disiplin memaksa Juventus tidak banyak leluasa hingga ke kotak 16. 

Terakhir, tentu saja adalah penampilan kiper Atalanta: Perluigi Gollini. Kiper berusia 25 tahun ini tampil tenang di depan peluang yang dimiliki Morata. Dan terutama, menahan penalti Ronaldo. 

Bagi Ronaldo sendiri, ini adalah kegagalan penalti ketiganya dari 24 kesempatan menurut Squawka Football. Karena aksi memikatnya ini, ia pantas diganjar rating 8,4 dan meraih "Man of the Match". 

Secara umum, jika mengacu pada statistik pertandingan yang dirangkum Who.Scored, kedua tim memang bermain dengan kekuatan yang imbang. Penguasaan bola pun berselisih tipis saja, 54,4% berbading 45,5% untuk keunggulan pasukan Andrea Pirlo. Sedang total tendangan ke gawang, Atalanta lebih unggul dengan 15 kali percobaan. Juventus hanya bisa mengoleksi 12 kali.

Sama halnya jika kita melihat statistik individual. Rata-rata pemain kedua tim mengoleksi rating 7. Hanya si kiper kelahiran 1985 yang mencapai angka 8 karena aksi penyelamatan yang memaksakan berbagi angka. Angka-angka ini juga menggambarkan level permainan yang relatif setara. 

Dengan kata lain, Juventus memang tak pantas menang. 

Juventus masih menyisakan kecemasan manakala kehilangan bola dan Atalanta terbaca sangat paham mesti melakukan apa. Dengan cara mereka yang fleksibel mengalirkan bola ke antar lini. 

Mereka juga tidak mengalami kepanikan ketika diserang balik oleh McKennie,dkk. Pendek kata, hingga laga ke-12, pasukan Putih-Hitam masih tampil tak meyakinkan dengan serangan-serangan yang tidak mematikan. 

Di sisi yang lain, Atalanta sebagaimana yang sudah dicurigai sejak awal, adalah ujian yang sepadan bagi rancang bangun filosofi sepak bola yang sedang dikerjakan Pirlo dan Tudor. 

Pirlo sendiri mengakui jika Atalanta adalah tim yang kuat dan cepat. Pertandingan malam tadi adalah pembelajaran penting tentang intensitas.

Post-Atalanta. Karena itu juga, dengan capaian sejauh ini (peringkat 3 di klasmen dan lolos dari fase grup Champions League), Juventus harus segera menemukan kualitas idealnya dan mengarungi tahun depan dengan kepercayaan yang meyakinkan. 

Tantangan pertama sesudah laga melawan Atalanta, Nyonya Tua akan menghadapi Parma di 19 Desember. Parma memang sedang berada di posisi 14 namun bukan tim yang mudah dibekuk di kandangnya. Jangan lupakan jika mereka sukses menahan imbang Milan yang lagi "on fire" di San Siro.  

Sebelum liburan Natal dan Tahun Baru, Juventus akan diuji oleh musuh bebuyutan sepanjang hayatnya: Fiorentina. Tim yang pernah mengerikan di zaman Batistuta dan Rui Costa ini akan bertemu tanggal 22 Desember di Juventus Stadium. Fiorentina sedang dalam atmosfir positif karena kembali diasuh Cesare Prandelli yang kharismatik itu. 

Sesudah itu, pada 3 Januari tahun depan akan menghadapi Udinese di kandang. Udinese kini berada di peringkat 10. Tapi posisi ini tidak bisa dijadikan ukuran karena tim asal kota Udine ini sukses menghantam Lazio di kandangnya. Juga sukses menyikat Torino. Kedua korban Udinese ini adalah tim yang selalu menyulitkan Juventus sepanjang masa. 

Juventus berpotensi merana jika masih saja gagal menjaga momentum persaingan. Dimana masih saja berkutat dengan problem keseimbangan, determinasi dan intensitas. Setidaknya di level domestik, Lazio dan Atalanta telah menunjukan jika tiga faktor di atas tidak boleh lagi berlarut-larut dijelaskan sebagai masalah. 

Apalagi nanti pada 6 Januari 2012, Juventus dijadwalkan menghadapi lawan tangguh sepanjang hayat dikandung badan yang tengah diramal-ramal bakal juara: AC Milan. Laga ini akan menjadi penentu selayak apa Juventus era Pirlo terlibat dalam perburuan titel Serie A. 

Saya sih tetap optimis bersama Pirlo. #FinoAllaFine #ForzaJuventus

***    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun