Juventus Memang Tak Pantas Menang
Atalanta bermain dengan baik. Bermain terbuka, menyerang dan disiplin. Tak terlihat mereka sedang bermain tandang. Tak terasa ada jejak konflik antara Gasperini dan sang kapten, Papu Gomez. Mereka tetap menatap Juventus Stadium dengan kolektivitas solid.Â
Gomez bahkan dimainkan Gasperini. Ini adalah modalitas pertama: tetap solid dan menolak kehilangan karakter.
Ihwal berikutnya, Atalanta juga bermain lebih efektif dan cerdik. Cara mereka mengeksploitasi kelemahan transisi Juventus adalah keberhasilan berikutnya. Juventus yang masih kesulitan menyerang-bertahan dan berkali-kali dikomentari Pirlo-terus kapan bisa move-on dari problem fundamental begini, Profesor?Â
Gol balasan Atalanta datang dari "kekacauan transisi" yang menciptakan lubang di depan Bonucci yang barusan mencapai 300 penampilan dengan Nyonya Tua. Satu sepakan keras Remo Fleuler mencoreng penyelamatan Szczesny yang bermain gemilang.Â
Selanjutnya adalah Atalanta lebih bisa menjaga keseimbangan. Mereka bukannya tak tertekan karena laku high defensive line de Ligt, dkk. Gol Chiesa adalah kesalahan yang terbentuk karena taktik ini. Termasuk beberapa kali kelimpungan dengan serangan balik cepat Juventus. Tapi, covering area-nya terbukti efektif.Â
Artinya, mereka bermain dengan disiplin memaksa Juventus tidak banyak leluasa hingga ke kotak 16.Â
Terakhir, tentu saja adalah penampilan kiper Atalanta: Perluigi Gollini. Kiper berusia 25 tahun ini tampil tenang di depan peluang yang dimiliki Morata. Dan terutama, menahan penalti Ronaldo.Â
Bagi Ronaldo sendiri, ini adalah kegagalan penalti ketiganya dari 24 kesempatan menurut Squawka Football. Karena aksi memikatnya ini, ia pantas diganjar rating 8,4 dan meraih "Man of the Match".Â
Secara umum, jika mengacu pada statistik pertandingan yang dirangkum Who.Scored, kedua tim memang bermain dengan kekuatan yang imbang. Penguasaan bola pun berselisih tipis saja, 54,4% berbading 45,5% untuk keunggulan pasukan Andrea Pirlo. Sedang total tendangan ke gawang, Atalanta lebih unggul dengan 15 kali percobaan. Juventus hanya bisa mengoleksi 12 kali.
Sama halnya jika kita melihat statistik individual. Rata-rata pemain kedua tim mengoleksi rating 7. Hanya si kiper kelahiran 1985 yang mencapai angka 8 karena aksi penyelamatan yang memaksakan berbagi angka. Angka-angka ini juga menggambarkan level permainan yang relatif setara.Â