Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Yang Ditunggu Sesudah Drama Pembantaian Barcelona

9 Desember 2020   11:49 Diperbarui: 10 Desember 2020   06:34 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Super Buffon yang sukses bikin Messi sesak nafas subuh tadi | Juventus.com

Barcelona makin aduh -Khrisna Pabichara

Penghancuran Barcelona di markasnya memang bukan sesuatu yang langsung memberi Juventus karpet merah dan mengangkat "Si Kuping Besar". Apalagi jika kita sandingkan dengan pembantaian nan heroik gaya Liverpool. Atau yang paling tragis dalam sejarah matinya tiqui taca adalah apa yang dilakukan Bayern Munchen.

Penghancuran tadi bagi barulah pembuka bagi perburuan yang masih panjang.

Sebab itu juga, peristiwa subuh tadi sekadar menentukan siapa sang juara grup tanpa embel-embel bombastis. Walau bagi CR7 yang bikin 2 gol dari penalti, tidak pernah mudah bermain di Camp Nou. Barcelona adalah salah satu tim terbaik yang pernah dia hadapi. Testimoni demikian selalu perlu walau orang sedunia juga sudah tahu.

Kekalahan tadi pagi itu jelas membuat Ronald Koeman duduk di kursi api. Barca belum lagi pulih sesudah disikat tim promosi, Cadiz. Seolah juga menegaskan tudingan jika Messi(ah) sudah mulai menua. Sedang menuju masa afkir.  

Tapi saya kira, dari sudut pandang Juventini-perindu-trofi-Kuping Besar, kata-kata lanjutan dari ciutan CR7 di akun twitternya jauh lebih menarik. Today, we were a team of Champions! A True, strong, and united family! Playing like this, we have nothing to fear until the end of the seasons...Let's go!

Seingat saya, selama menjalani karir di Juventus edisi Champions League, CR7 belum pernah sebergairah itu.

Jadi, mari rayakan kemenangan telak subuh tadi itu dengan melihat kedalam saja. Optimisme yang diumbar CR7 di atas itu lebih baik dimutasikan menjadi pertanyaan begini:

Di tengah kegusaran akan inkonsistensi dan rotasi, apakah Pirlo's Philosophy sudah menemukan kombinasi terbaiknya? Apakah penghancuran Barcelona yang memang sedang merangkak di titik nadir itu refleksi dari momentum untuk melesat bagi sang Nyonya Tua?

Kita tahu, Juventus dalam kemenangan kali ini bukanlah hasil yang mudah. Sebelum mengatasi rival sekota dalam Derby della Mole, Nyonya Tua kesulitan memang melawan tim pejuang lolos dari degradasi seperti Crotone dan Benevento.

Sesudah ditahan imbang anak asuh Pippo Inzaghi, Luciano Moggi sampai berani bilang "Kehadiran Ronaldo memang sangat penting bagi tim mana pun yang diperkuatnya. Namun di tengah absensinya, jika Anda tidak mampu mengalahkan tim-tim seperti Crotone atau Benevento, itu artinya ada masalah di sana."

Lebih mendasar lagi, si mantan bos itu bilang, Juventusnya Pirlo belum punya identitas taktik. Mulut mantan memang selalu pedas. Padahal ia hidup di masa lalu. Bhahaha.

Demikin juga di fase grup Champions. Kemenangan atas Dinamo Kiev dan klub yang satu lagi itu tidak lebih dari pada pertarungan Goliath versus dirinya sendiri. Juventus menang karena lawannya memang dihadirkan melengkapi kekalahan saja.

Apalagi ketika diberi kekalahan perdana musim ini di kendang sendiri oleh Messi, dkk. Juventus ala Pirlo mudah dicap hanya diuntungkan oleh hasil drawing. Lagi-lagi urusannya Dewi Fortuna!

Orang tidak mau pusing jika Juventus ketemu Barca selalu merupakan pertarungan yang sulit. Tidak mau menerima sejarah jika pertemuan keduanya ditandai saling tukar-menukar kekalahan. Tentu saja dengan fakta sejarah tak terbantahkan bahwasanya Barcelona lebih superior di Champions League.


Barcelona bukan the untouchable-bagi Juventus. Sebaliknya, tiqui taca bukanlah krypton bagi Super Buffon--yang bikin Messi di dini hari tadi terpaksa sering menghela nafas. Kayaknya dua kalimat ini intensinya sama saja ya?

Langsung ke topik: jika kita melihat statistik pertandingan kedua tim, penguasaan bola yang jomplang dalam sejarah pertemuan keduanya sejak Barcelona dilahirkan kembali oleh Frank Riijkard dan penerusnya memang masih terjadi.

Barca tetap dominan dengan prosentase 59,1:40,9 %. Artinya Juve masih berusaha memberi imbangan dalam mengontrol permainan. Tidak total parkir bus karena memang datang untuk menang. Ya, setidaknya permainan tidak bergerak di level 60:30, hehehe.

Demikian dengan produksi akurasi umpan. Barca di level 91% kesuksesan, sedangkan Juventus di 84% sukses. Beda-beda tipis, lah. Kejomplangan paling menganga adalah dalam kemampuan melepas tembakan ke gawang. Barca menembus angka 19, sedangkan Juventus hanya 9 kali.

Angka-angka yang dirangkum Who Scored di atas itu menegaskan jika Barca masihlah tim yang menyerang dan Juventus, seperti yang sudah-sudah, bermain lebih efektif dan cukup solid dalam bertahan. Terutama peragaan bertahan jatuh-bangun turun-naik yang ditunjukan Alex Sandro. Wajar saja jika laki-laki berkebangsaan Brazil ini meraih Man of the Match.

Satu lagi nama besar yang masih bertarung membuktikan usia hanyalah daftar angka semata. Siapa lagi kalau bukan Supper Buffon?!

Pria berumur 42 tahun ini berhasil melakukan 7 kali aksi penyelamatannya, khususnya gempuran Messi. Pengalaman dan ketenangannya kali ini berfungsi dengan baik. Kata warganet, Buffon seperti dirasuki Buffon yang masih muda dulu. Pantas saja mendapat rating 8 di pertandingan ini.

Angka-angka di atas, pada dasarnya bersifat dinamis dan kontekstual. Makanya kita masih akan menduga-duga, apakah Pirlo akan menggunakan kerangka yang sama sebagai Starting Eleven-nya sesudah keberhasilan ini?

Di lapangan tengah, sosok McKennie dan Arthur akan menjadi "remote control" dibandingkan Bentancur-Rabbiot-Ramsey? Demikian juga di flank area, kombinasi Alex Sandro dan Cuadrado lebih stabil keimbang memainkan Chiesa yang lebih agresif dan Kulusevski sebagai padanan bagi tridente dengan Ronaldo-Morata sejak awal. 

Bagaimana dengan kombinasi lini belakang? Tidakkah ideal itu milik bakat muda de Ligt-Demiral bersama Bonucci atau Danilo yang agak senior dan mulai lamban dalam adu sprint? 

Sehingga ke depan, kita sudah memiliki kepercayaan jika pakem Pirlo adalah adalah 3-5-2 dengan variasi 3-4-1-2 atau justru 3-4-3? 

Dengan kata lain, formasi ideal untuk tiga nama di belakang adalah de Ligt-Bonucci/Danilo-Demiral, kemudian Alex Sandro/Chiesa-Arthur/Bentancur-McKennie/Rabiot dan Cuadrado/Danilo. Sedang di depan, yang menemani Ronaldo-Morata adalah variasi dari  Ramsey/Dybala/Kulusevski atau Chiesa.   

Kita masih menunggu seperti apa eksperimentasi Pirlo sesudah kemenangan ini. Syukurnya, di dua laga yang menunggu nanti, Juventus akan ketemu Genoa dan Atalanta. Terutama Atalanta yang berhasil membungkam Liverpool di Anfield.  Pendekatan Sang Profesor akan diuji lebih keras di level domestik.

Ya sudah, kita tunggu saja. Yang jelas, kerja Pirlo mulai memberi bukti bukan?

Eh, bentar. Lord Bernardeschi mo diapain?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun