Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Suatu Hari di Tampelas

5 Desember 2020   08:58 Diperbarui: 5 Desember 2020   18:24 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai Nusa bukan tidak memiliki sejarah perburuan kayu dan kebakaran lahan. Sama seperti nasib yang umumnya menimpa di masa lalu, yang membedakan barangkali karena di antara hutannya, masih terdapat kebun rotan warga yang tak lagi memberi nilai tambah ekonomi.

Pada hari ketika saya kesini, seorang nelayan tangkap berhasil membawa pulang Toman/Tahuman (Orheichepalus micropeltes) seberat  tiga kilogram.

Kamu mestinya tahu mana yang nangkap, mana yang bintang iklan belaka, bukan? |Dokumentasi Pribadi.
Kamu mestinya tahu mana yang nangkap, mana yang bintang iklan belaka, bukan? |Dokumentasi Pribadi.
Saya juga menyukai sungai Nusa karena di salah satu sudutnya yang berada di wilayah Galinggang, untuk pertamakali saya dikerjai oleh pohon Rengas. Pohon besar berwarna merah yang sering tumbuh di pinggir sungai ini pernah mengirimkan sisa gerimis dan menimbulkan gatal di dua kaki. Tidak terbayangkan jika terpapar getahnya langsung.

Tetesan bikin gatal ini mendera saya hampir dua minggu lamanya. Tapi saya tahu, ini adalah sejenis salam perkenalan. "Selamat Datang di Sungai Nusa, semoga betah." Dan, walau dengan intensitas yang rendah, saya sudah bolak-balik di sini seusia satu rezim politik.

Tapi, bagi kamu, ke sini mungkin untuk bertanya kepada seluruh pengalaman perjumpaanmu, sejauh apa telah mengakrabi ketiadaan? Hehehe.

Melewati sungai Nusa, saya bergerak ke arah utara. Ke sungai Asam yang di salah satu sudutnya, saya berjumpa anak orangutan. Dia mungkin ingin mengatakan ada rombongan kami, "Di sini, tolong dijaga," sebelum menghilang di antara puncak-puncak pohon.

Apa yang bisa kamu serapi dari kenyataan di sungai Asam?

Padang Kumpai di Sungai Asam | Dokumentasi Pribadi.
Padang Kumpai di Sungai Asam | Dokumentasi Pribadi.
Inilah suasana padang Kumpai, dalam bahasa warga desa. Terletak di sekitar kawasan sungai Asam. Di balik warnanya yang hijau dan selintas terlihat serupa hamparan padi yang menunggu panen raya, kumpai berfungsi sebagai salah satu habitat ikan. Pada saat kemarau, seringkali mudah terbakar oleh kehendak mengumpulkan ikan.

Karena itu, nasib ekologisnya seolah berada di dalam ketegangan "anugerah Vs. musibah".

Selain di kawasan sungai Asam, salah satu padang kumpai yang hening dan menghijaukan tatapan adalah gugusan yang membentuk keberadaan dan sejarah danau Burung. Ketiadaan tegakan pohon besar membuatnya seperti permadani yang memanjakan rasa tenang sekaligus menyimpan bahaya (kebakaran) ketika musim kemarau tiba. 

Kamu bisa menyelami penampakan danau Burung di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun