Selain potret ideologi yang menjadi sumbu konflik film ini, kita juga bisa menemukan komedi yang khas orang-orang kecil dengan hidup yang rentan dengan laku yang konyol.
Misalnya saja, sosok Medina yang beranak banyak itu lebih memilih bertahan di rumahnya yang kecil, kumuh dan selalu terendam banjir. Ketika mendapatkan bantuan relokasi pemerintah, uangnya malah digunakan untuk menyenangkan keluarganya. Ia tetap tinggal di tempat yang sama. Banjir gak banjir yang penting ngumpul. Â Â Â
Pun Gomes bersaudara. Di kota kecil dengan pemukiman yang berdekatan, saling mengenal dan saling mengunjungi, mereka memilih untuk memiliki handphone. Demi apa, tanya Fermin. Biar boleh bercakap-cakap saja, jawab mereka. Ampuun.  Â
Terasa dekat dengan hidupmu sendiri?
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H