Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kuala Kapuas, Kisah Jumpa Pinggiran

9 Oktober 2020   13:06 Diperbarui: 10 Oktober 2020   05:12 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudah-mudahan saja, layanan kuliner seperti ini adalah bagian yang tidak disengaja dari cara-cara mengurangi laju diabetes. 

Perjumpaan biru selanjutnya adalah dengan ruang yang kecil dan mobilitas penduduk yang tidak terburu-buru, berlari di jalan-jalan kota ini adalah kebahagiaan kecil yang kelihatan sepele padahal tidak. 

Dalam dua kali lari pagi, saya menikmati udara fajar yang lengang. Kalaupun ada lalu lalang kendaraan, hanya jenis roda dua yang dominan. Sangat jarang bertemu mobil, apalagi truk milik perkebunan yang mudah dijumpai di kota Sampit.

Udara relatif segar. Tubuh serasa menemukan jodoh ruangnya, ahai. Berlari mengeliling kota serasa tamasya bagi tubuh yang acapkali takluk di depan bujuk rayu kasur. 

Jejak Lari di Kuala Kapuas di Strava/Dokumentasi Pribadi.
Jejak Lari di Kuala Kapuas di Strava/Dokumentasi Pribadi.
Sentimentalisme Purba

Daftar perjumpaan di atas tentulah sesuatu yang saya narasikan secara subyektif dan berasal dari masa yang singkat belaka. Dengan begitu, kesaksian yang sentimental seperti ini tidak mewakili apa-apa selain suara batin sendiri.

Sementara sisanya, arti sentimental perjumpaan dengan "Kota Air" ini adalah karena ia menghidupkan kenangan akan Serui. 

Satu kota kecil di Tanah Papua yang masih terasa bergerak dengan irama yang lambat. Kota yang terakhir saya kunjungi di tahun 2011 ini masih serasa tahun-tahun dimana masa-masa mandi di sungai Mariadei, berburu ikan di got, dan main bola di lapangan Trikora sampai lupa Magrib masih sama saja.

Jalan-jalannya yang kecil pun terasa lengang. Keramaian masih saja bertumpu di pasar tradisional. Tak ada mall yang besar dan menghisap seluruh penduduk kota kedalam tentakel konsumsinya. 

Lebih dari itu, di kota dimana Sam Ratulangi pernah melewati masa pengasingan dan melakukan pengorganisasian nasionalisme ini, orang-orang masih merawat ingatan. Perjumpaan dengan Serui pernah saya tuliskan di Memori Kota Serui; Pelajaran dari Perjumpaan Kembali. 

Kuala Kapuas yang tidak lebih dari sebulan saya singgahi menghidupkan atensi terhadap ingatan itu. Seperti sungai-sungai yang mengalir jauh dan beranak pinak, apa yang memelihara identitas kepinggiran saya ternyata tidak lekang oleh waktu dan perpindahan urban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun