Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Yang Menyentuh dari Narasi "Marriage Story"

4 Maret 2020   14:09 Diperbarui: 5 Maret 2020   03:03 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Marriage Story (2019) | Sumber: Heyday Films/Netflix

Catatan ini sendiri hanya berusaha menunjukan aspek-aspek yang sekilas terbaca sentimental. Namun di baliknya, tersimpan isu-isu kunci dalam pernikahan yang oleh film ini dihadirkan begitu rapi. 

Kita akan menemukannya dengan masuk ke dalam dunia batin. Khususnya milik Nicole. Nicole yang kompetitif, selalu peduli, dan terlibat pada sekitarnya. 

Mari kita masuki pelan-pelan.


Pertama, berada dalam dunia yang sama setiap saat tidak membuat Anda dan pasangan saling mengenal dengan lebih baik.

Nicole dan Charlie adalah pegiat dari dunia panggung. Teater. Dunia yang butuh latihan berkali-kali dan penghayatan. Di dalamnya, ada yang bekerja menulis atau mengadaptasi naskah dan mengarahkan, ada yang menghidupkan naskah dalam pentas dan ada yang menjadi bekerja sebagai teknisi. Butuh soliditas dan kerja sama. 

Tapi, bagi Nicole, dunia ini membuat Charlie yang kompetitif, mandiri-rapi bin teliti, dan sangat fokus itu menjadi dominan. Keberhasilan yang dicapai oleh teater lebih mewakili egoisme Charlie ketimbang penghargaan terhadap kontribusi Nicole atau yang lain. 

Singkat kata, Nicole merasa hanya menjadi alat bagi ambisi-ambisi Charlie. Kita terus tahu, apa yang dibayangkan sebagai "prestasi diri" bagi Nicole bukanlah sesuatu yang penting bagi suaminya. 

Mereka bekerja di dalam dunia yang sama, keseharian yang terikat namun dengan dunia batin yang tidak saling bicara. Ironis? Mungkin. 

Kedua, hilangnya individu dalam kehidupan rumah tangga adalah bahaya laten.

Saya kira hilangnya individu inilah akar dari kemuakan Nicole. "I didn't belong to myself!" katanya penuh luka. Di satu sisi, kita melihat ini sebagai refleksi dari karakter Charlie yang dominan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun