Terima kasih, Verona!
Ronaldo baru bisa bikin gol di menit 65. Lantas, dalam 10 menit kemudian, Si Nyonya Tua berakhir dengan kekalahan ketiga di musim ini. Hasil akhir yang bikin shock.
Akan tetapi, saya sejatinya senang. Apalagi jika Inter nanti bisa menang.Â
Kekalahan ini menunjukan "Juventus nan lemah gemulai itu masih saja eksis". Selain itu, Juventus dihukum VAR (video hands ball Bonucci di penghujung laga) dan Pazzini dengan sangat baik mengeksekusi penalti. Baguus!
Saya pun ikut senang, Matthijs de Ligt bermain lebih baik dibanding mentornya. Sekurang-kurangnya anak muda bek timnas Belanda ini mendapat rating 6,9. Memang ada sedikit miskoordinasi ketika Pjanic justru memberi assist ke Fabio Borini ketika de Ligt dalam posisi ketinggalan langkah.
Sejak kedatangannya, saya memang lebih suka menyaksikan de Ligt berkembang di barisan belakang Juventus ketimbang melihat Ronaldo terus membuat rekor di usia 35 tahun.Â
Lantas respons apa yang ditunjukan Maurizio Sarri?Â
"...If we want Juventus to win games, we cannot keep making errors caused by a superficial attitude." Demikian dilansir Football Italia.
Sarri bilang, kekalahan itu berakar pada jenis "Juventus yang superfisial". Kesalahan yang berulang hanyalah refleksinya saja.
Tiga kekalahan menunjukan DNA sebagai pemenang tidak lagi konsisten. Padahal saban hari latihan, saban waktu diskusi menyelesaikan masalah. Berusaha terus menerus mencari keseimbangan dan mentalitas antipencundang.Â