Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Percakapan demi Kematian

2 Februari 2020   12:12 Diperbarui: 2 Februari 2020   12:14 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: deviantart.com/anniethesickos

di antara detak jarum jam, bau hujan gerimis
dan malam basah yang memenuhi kekosongan.

aku berbicara dengan kematian. lama kunanti tiba.
dia datang membawa bau tanah. 

wajahnya kulihat sumringah.

"telah sampai juga waktumu."
iya. telah sampai.

"aku ingat, kau lahir di kampung tanpa cahaya. orang-orang suka bercerita,
bertatap wajah dan membenci pura-pura. mereka sederhana. berusaha selalu tertawa."

iya, aku adalah orang-orang kampung tanpa khawatir hari tua.

"Lima. kau ingat?"
pertanyaan tolol. aku tidak pernah melupakannya.

"sayang, dia mati lebih muda."
aku masih ingat bagaimana dia mati. dia bahagia, kok.

"hari ini, kau akan mati juga."
aku telah menanti mati sejak hari itu. kusangka kau sudah tahu.

"tapi sebaiknya, kau jangan mati dulu."
lho, apa bedanya? mati nanti atau hari ini, aku sudah tiada sejak Lima tak ada.

hidup kami menopang, saat sengsara dan bersukacita.
bagaimana bisa kau menyederhanakannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun