Tapi..
Knives Out bukan saja olok-olok tentang orang kaya dan pertengkaran warisan dalam keluarga Amerika. Ia juga membela keberadaan imigran sebagai kebaikan kecil yang sering dilecehkan.
Pembelaan ini sangat terlihat dari nuansa kedekatan dan percakapan-percakapan di antara mendiang Harlan Thrombey (Christopher Plummer) dengan Marta.Â
Marta yang pada mulanya hanyalah perawat paruh waktu yang penuh dedikasi perlahan-lahan menjadi orang terdekat yang menjadi tempat Harlan berbagi keluh kesah sekaligus mengambil keputusan-keputusan sebelum disampaikan.Â
Lebih dari itu, ketika Marta merasa telah salah menyuntikan obat yang melebih dosisnya, Harlan justru menjadi "mastermind" yang merancang skenario agar Marta terbebas dari tuduhan.Â
Bahkan, Harlan mewasiatkan seluruh kekayaaannya diserahkan untuk Marta seorang.
Hubungan yang saling menyelamatkan antara seorang Amerika yang ditempa disiplin dan pekerja keras dan seorang imigran yang penuh kasih dan dedikasi terasa sekali sebagai pesan bagi "Amerikanisme Garis Kanan" yang lupa pada kontribusi mereka yang "Bukan Amerika".Â
Terhadap mereka yang kini diposisikan sebagai sumber masalah.
Selain itu, ada satu momen simbolik di akhir film dimana mereka yang diposisikan sebagai kelas dua dalam masyarakat Amerika justru akan membebaskan diri dar1 situasi ketertindasannya. Bukan karena menempuh jalan adu kuat. Tapi, menuruti Gandhi, melawan tanpa kekerasan!Â
Mereka akan memenangkan karena pengabdian yang tulus pada kemanusiaan.Â
Momen paling simbolik dari pesan ini adalah ketika Marta Carbrera berdiri di teras lantai dengan, menghirup kopi pada cangkir yang bertulis: RUMAHKU, KOPIKU, ATURANKU.Â