Misalnya begini. Dalam pengalaman seorang kawan.
Kawan ini adalah seorang yang dibentuk oleh pengalaman patah hati yang dipelihara ingatannya oleh musik nasional buatan Panbers, Koes Plus, dan Dllyod-sebut saja beberapa jenis yang diwariskan angkatan sebelumnya. Lalu grup yang belakangan seperti Kahitna, Java Jive, Dewa 19, Gigi, hingga Armada.Â
Khusus terhadap Panbers, Anda bisa membaca bagaimana musik mereka menghubungan pengalaman pinggiran, dunia perantau dan kesedihannya di Musik Panbers, Pinggiran dan Perantau.Â
Sedangkan, dalam konteks yang "lokal", pengalaman ini juga dipelihara oleh musik karya Black Sweet atau Black Brothers juga musik-musik dari seperti grup Nanaku. Dari dua kombinasi ini, sesekali bercampur dengan musik-musik yang lebih Barat dalam kesenduan.Â
Singkat kata, kombinasi musik-musik ini  menghadirkan pengalaman patah hati yang seiring perjalanan waktu dan pemulihan luka-luka (aseek), ia malah memelihara ingatan pada tempat-tempat yang jauh dan orang-orang yang pantas dikenang. Apalagi menjadi perantau seperti kumpulan ini.
Situasi sedemikian jelas berbeda ketika menghadapi musik Lord Didi.Â
Penghayat musik Lord Didi yang memikul beban sebagai "Outsider" terhadap Jawa harus menciptakan momen mediatif terlebih dahulu. Sekurangnya, ada dua momen mediatif yang harus diciptakan.
Pertama, menghadirkan suasana ambyar itu sebagai sesuatu yang sangat dekat, seperti hidup di dalamnya. Misalnya dengan mendengar dengan seksama irama dari musik Lord Didi dan bagaimana kesedihan itu dituturkan.Â
Kedua, sesudah momen ambyar ini diresapi, mengalami proses "penubuhan", maka langkah lanjutan adalah mencari arti harafiah dari setiap kata-kata dan mendiskusikan dengan mereka yang berakar pada Jawa. Mencari makna dari kata-kata yang mengawetkan kesedihan, kangen tak berbalas dan cinta yang berantakan itu.Â
Pendek kata, yang harus dilakukan justru mengalami ambyar terlebih dahulu baru mencari maknanya. Karena itu, lebih membutuhkan kesungguhan dalam penyerapan bahasa kesedihan dan irama sendunya (halah!).Â
Dengan begini, rasa-rasanya, patah hati yang dijogeti bukan lagi hadir sebagai pengungkapan kembali rasa sakit. Ini lebih sebagai pertunjukan "Dancing in the Rain!"
Anda boleh bilang jika situasi ini tercipta karena ekses dari sesuatu yang sedang heboh (semata). Seiring waktu, segalanya akan kembali sepi atau dilupakan karena kehebohan baru. Sebagaimana kesedihan itu, akan sembuh oleh kesedihan yang lebih besar! Heuheu.Â