Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Beyond Ambyar", Mereka yang Galau Duluan, Ngertinya Kemudian!

12 Desember 2019   17:44 Diperbarui: 13 Desember 2019   17:18 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Namun juga lagu-lagunya telah menyeret yang berlatar belakang kultral bukan Jawa ke dalam pengalaman kesedihan yang unik.

"Bukan Jawa" yang bisa disebut di sini adalah sejenis kumpulan selera yang sebelumnya asing dengan musik-musik yang diproduksi melalui bahasa Jawa. Mereka lebih akrab dengan kesedihan yang diproduksi oleh musik yang berlatar Ambon, Manado atau Papua atau Nusa Tenggara Barat. 

Intimitas pada kesedihan yang seperti ini memang didukung oleh asal-usul lokasi kebudayaan dimana bahasa kesedihan itu bukan saja mudah dimengerti dalam sekali dengar. Lebih dari itu, ia telah menjadi semacam mesin waktu yang menuntun pendengarnya pada ruang dan waktu dimana pengalaman getir itu terasa begitu langsung. 

Sederhananya, patah hati kumpulan ini memang nyata dan lagu-lagu Timur yang sedih itu seperti video kaset yang memutarbalik kenangannya. 

Lalu bagaimana Yang Mulia Lord Didi bisa masuk dan mengacak-acak semesta kesedihan yang dibentuk oleh "sang Timur"? 

Kita tidak bisa segera mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang menarik dari perjumpaan seperti ini toh kesedihan dan kebahagiaan adalah dua sisi dari satu koin yang menjadi oksigen dari produksi lagu-lagu melo. Tidak seperti mendengarkan lagu-lagu Panbers--wih, tua amat!--yang lagu-lagu mereka bukan saja mewakili patah hati, memghidupi selera jelata. 

Tapi juga memiliki pengaruh yang tertancap kuat di wilayah Timur Indonesia.

Ini bukan semata problem pada media penyampai pesannya, terutama bahasa yang digunakan Lord Didi. Akan tetapi juga, dunia yang dihadirkan di dalam lagu itu (seperti stasiun, terminal, kota-kota) bukan sesuatu yang lekas terbayang. 

Termasuk membayangkan, seperti apa manusia Jawa mengalami patah hatinya. 

Seperti apa sih perempuan Jawa melukai kekasihnya? 

Karena itulah, kesedihan yang dihantar oleh musik Lord Didi harus dihadapi secara khusus. Ia membutuhkan perlakuan untuk mengendapkan pengalaman sedih itu agar nyambung dengan  pengalaman sejenis yang dibentuk dari ruang dan waktu yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun