Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pembuktian Matthijs de Ligt dan Jalan Penderitaan Juventus

27 November 2019   11:11 Diperbarui: 27 November 2019   19:26 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dengan kata lain, Sarriball sedang mewujudnyatakan diri dan, yang paling penting bagi apalah saya ini, kapasitas bertahan Juventus tidak lenyap. 

Ada transisi yang tengah di jalurnya sesudah pekan-pekan yang mengelus dada. Khususnya jika melihat barisan belakang sepeninggal Chiellini yang cedera. 

Kapasitas bertahan yang sempat membuat hati berdebar-debar di awal musim itu bisa dikatakan karena organisasi kerja yang masih mengadaptasikan diri dan "individual errors" yang bikin ucapan aneh begini keluar: "Ih, kok bisa sih?" 

Kesalahan-kesalahan yang membuat kemenangan Juventus dan keputusan wasit tidak pernah bisa bebas dari percakapan-percakapan tentang skandal dan operasi mafia sekalipun VAR telah bekerja. 

Maksud saya, kesalahan individual berupa handsball berkali-kali di kotak 16 yang dilakukan bintang muda Belanda penerus nomor Montero, Matthijs de Ligt. Cedera sang Kapten Chiellini yang mestinya menjadi keberuntungan bagi mantan kapten Ajax ini ternyata tidak berlangsung seketika. 

Sekurangnya hingga pekan ke 12, de Ligt adalah sorotan dari lubang di pertahanan itu. 

Spekulasi berkembang, harganya yang mahal mulai dikait-kaitkan dengan kontribusinya di salah satu tim dengan sistem bertahan terbaik di dunia. Tim yang pernah dihuni nama-nama selevel Cannavaro, Thuram, Montero, Zambrotta, Ferara, hingga generasi Chiellini-Bonucci. 

Patrick Kluivert, legenda Ajax bahkan sampai memberitahu jika de Ligt sedikit menyesali keputusannya ke markas Juventus Stadium. 

Tapi, saya adalah segelintir dari yang merasa lebih berfaedah melihat transformasi de Ligt. 

Bukan saja dalam perkara mengambil alih kepemimpinan generasi pemain belakang sesudah Bonucci-Chiellini kelak. Lebih dari ini, berkembang menjadi salah satu bek terbaik di dunia sebagaimana keyakinan Bonucci kepadanya. Sebagaimana keyakinan para seniornya di Hollandia sono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun