Pada pedagang ini umumnya datang dari Pulau Sulawesi, khususnya dari Selatan dan Tenggara. Ada juga yang merantau dari Madura.Â
Seingat saya, kalau tak salah saat itu ada sebuah gudang milik Rusdi Maswi. Rusdi Maswi adalah manajer Persipura yang juga pemilik toko Sumber Makmur-salah satu toko legendaris yang terletak di lingkaran Abe.
Tapi tak cuma ini, ada juga perantau yang datang dari Sumatra Utara dan Jawa. Selebihnya, adalah warga Papua yang berasal dari luar Jayapura dan Jayapura.
Tidak sebagai pedagang, mereka bekerja sebagai ASN. Karena itu, sejatinya, kampung kecil ini terasa sebagai "laboratorium bagi pengelolaan keanekaragaman". Laboratorium sosial yang banyak memberi modalitas kultural bagi anak-anak yang kelak merantau jauh.
Saya, misalnya, karena hidup di Youtefa telah menjadi anak angkat keluarga Batak, yang Protestan bermarga Hutajulu.Â
Demikian juga dengan seorang kawan bermarga Sitinjak, yang juga karena perjumpaan sehari-hari dari dunia Youtefa, telah menjadi anak angkat ayah saya. Sampai sekarang.
Selain profile sosio-ekonomi ringkas seperti itu dan bekal pembelajaran sehari-hari dari pengelolaan keberbedaan, apa yang ingin dibicarakan dari Youtefa?Â
Ini akan terasa sebagai daftar yang romantik, jelas. Namun terasa masih penting bagi mereka yang berada di ujung Timur Nusantara, pada bilangan tahun 90-an, ketika sepakbola Italia adalah kuasa yang nyaris tunggal dari hegemoni sepak bola.Â
Ada banyak bintang dunia berjibaku mencapai juara. Nama-nama seperti Batistuta, Rui Costa, Zola, Signori, Vialli, Ravanelli, Baggio, Chiesa, Casiraghi, hingga yang lebih muda layaknya Del Piero, Vieri, Ronaldo bermain di sana.Â
Serie A adalah yang paling kompetitif dan menyedot fans sepak bola di akhir pekan. Salah satu duel menarik itu bisa disimak dalam video di bawah ini.
Saya ingin membagi secuil saja kisah soal yang satu ini dari sebuah sudut kecil bernama Youtefa.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!