Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Perempuan Tanah Jahanam", Kau adalah Kesalahan yang Harus Aku Hapus!

18 Oktober 2019   22:38 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:12 3767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Membencimu juga tidak akan membantu memperbaiki banyak hal." Katanya pada suatu malam dimana Rahayu diburu massa yang bertahun-tahun percaya kelahiran anak-anak tanpa kulit hanya akan berakhir jika Rahayu ditumbalkan. Ratih juga menerima nasib jika suaminya harus meregang nyawa karena pergi mencari Rahayu.

Mengumpulkan sisa-sisa keberanian, mereka berbalik melawan narasi gelap ciptaan Nyi Misni, sosok yang paling layak menyandang status Perempuan Tanah Jahaman. Di tubuh Christine Hakim, nenek ini benar-benar tampak misterius, bengis dan memelihara dendam bertahun lama.

Pertolongan berikutnya, selain kewarasan Ratih, datang dari arwah gentayangan tiga bocah yang telah menampakan diri dalam perjalanan Rahayu ke kampung halamannya. 

Lewat satu momen transendensi di saat kondisi kritis, Rahayu dibawa melihat reka ulang peristiwa yang menjadi latar belakang dari rangkaian tragedi. 

Rahayu, Ratih dan tiga arwah bocah perempuan itu berhasil menghentikan kutukan terlahir tanpa kulit. Namun ini baru akhir babak pertama dari horor lanjutan dan nasib tragis Rahayu. 

Nyi Misni yang mengiris leher menyusul Saptadi kini ganti peran sebagai hantu yang memakan janin. Dan Rahayu, yang melarikan diri dengan sebuah pick-up penuh sayuran mungkin juga tengah gila sesudah menjumpai riwayat sesungguhnya dari masa lalu keluarganya.

Demikian Perempuan Tanah Jahanam disudahi.

***

"Ini film yang sudah saya siapkan sejak 10 tahun lalu yang waktu itu sudah hampir selesai. Dulu mau ngerjain tahun 2009 tapi takut karena film ini butuh level teknik dan estetika yang halus banget pegangannya." - Joko Anwar 

Saya tidak lagi memiliki banyak kata untuk mengomentari film yang membuat saya hampir tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi di sebelah kanan atau kiri. 

Satu-satunya yang jelas, selain saya yang disedot ke dalam ketegangan, di dalam ruang bioskop XXI yang hampir penuh itu terdengar suara orang banyak yang bergidik. Menahan ngeri, cemas dan takut. Beberapa bahkan sampai harus berteriak, "Lari, lari!" seolah sedang bersama-sama Rahayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun