Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Joaquin Phoenix dan Cerita Pelahiran Joker

2 Oktober 2019   18:09 Diperbarui: 6 Oktober 2019   19:32 7700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Joker [2019] | Sumber: Warner Bros/metro.co.uk

Termasuk ide membangun pasukan dengan kegilaan pada "anarki" yang membuat dua aliansi tradisional alias borjuasi dan negara polisionil kota ketar-ketir. 

Ide bahwa Joker adalah simbolisasi dari kemarahan dan perlawanan jelata terhadap borjuasi kota yang hidup dari perawatan ketimpangan justru datang dari luar dirinya. 

Terutama dari Murray Franklin (Robert de Niro) sebelum dihabisi Joker dalam acara Talk Show. Joker yang satu ini bukan jenis tindakan dengan kehendak yang mengancam keteraturan seperti dikonstruksi The Dark Knight. 

Dengan kata lain, Joker ala Joaquin adalah lelaki dengan tragika yang mendorongnya pada batas absurd. Menerima segala kepedihannya sebagai komedi dengan gairah pada sadisme yang mengerikan. Sebab itu juga, dari daftar tragedi yang membentuk hidupnya, Joker tidak pernah merasakan kebahagiaan. 

Masyarakat yang sakit telah merampasnya. Telah menciptakan dehumanisasi dimana-mana. 

Walau benang merah dari ide sosio-urban yang menjadi rahim kultural kelahiran Joker telah cukup terang tergambarkan, termasuk dengan pelukisan suasana Gotham yang suram, angkutan umum yang jorok, jalanan yang penuh sampah dan apartemen yang kusut, serta wajah sengsara jelata selama film berlangsung, rasa-rasanya konsep seperti ini telah juga usang. 

Sekurang-kurangnya, karena poros konflik yang dihadirkan masih dibentuk dari dua pokok: Wong Kaya Vs. Wong Kere. Sisanya tidak ada. Kita bahkan tidak melihat bagaimana penindasan itu terjadi, mekanisme penghisapan ekonomi-politik apa yang digunakan dan bagaimana itu semua merawat kemelaratan jelata hingga batas yang menghina kemanusiaan. 

Tiba-tiba saja, sesudah Joker membantai tiga profesional muda yang merupakan anak buah Thomas Wayne, perlawanan lalu menyeruak. Demonstrasi dan pengrusakan terjadi di mana-mana. Gotham diambang revolusi orang-orang miskin. 

Tidak ada kompleksitas atau urutan-urutan peristiwa yang memberi justifikasi bahwa yang dilakukan Joker adalah trigger bagi aksi massa yang lebih luas. Tegas kata, Joker kali ini dibangun dari konsep sosio-politik yang lemah. Kalau bukan sederhana atau klise. 

Terus, apa yang membuat film ini bisa tetap memikat?

Menurut ukuran saya yang suka-suka ini adalah kualitas peran Joaquin Phoenix (emang ada yang lain?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun