Atau mungkin, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa nuansa kehidupan keluarga yang hangat adalah urat nadi dari kisah sains fiksi sekelas Transformers? Intensi yang sama terasa pada produksi superhero jenis Aquaman, bahkan pada Deadpool seri 2 yang tergolong "liar" itu?Â
Apa yang sedang dituju dari narasi yang sedemikian? Menghindarkan diri dari kejenuhan imajinasi yang muluk-muluk tentang penyelamatan dunia dengan aksi-aksi yang menggelikan? Menggarap pasar para anak remaja yang mungkin sedang berjibaku dengan atomisasi individu produk digitalisme?
Saya mengira tahun 80an dipilih sebagai latar sejarahnya bukan semata penghadiran nostalgia pada hidup yang masih ditemani piringan hitam atau tape recorder.Â
Tahun 80an adalah transisi dari ujung kehidupan dimana hasrat akan kecepatan, perayaan pada kedangkalan, dan hasrat selalu eksis belum seramai saat social media menjadi penghubung dari interaksi manusia. Dunia dimana saling sapa masihlah preferensi yang menjadi mata uang kunci pergaulan sosial dimana-mana.
Sepenggal era dimana kepala belum tenggelam ke dalam gawai. Sebelum asmaramu diputuskan pakai SMS!
***
Sumber yang digunakan dalam artikel ini: satu, dua, dan tiga: Siapakah Megan Fox?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H