Bumblebee atau B-127 adalah robot eksil. Â
Dia ke bumi sebagai utusan dengan mandat khusus. Menyiapkan "Counter-Attack Strategy" dengan meminimalisir taktik bumi hangus. Karena itu juga dia adalah aktor sejarah yang merintis terbangunnya koalisi manusia-robot dalam masa-masa persiapan menghadapi lanjutan dari 'Cybertronian War" yang sementara dimenangkan Decepticons.Â
Koalisi lintas galaksi yang telah kita saksikan dalam lima seri sebelumnya.
Bumblebee tiba di California, Amerika Serikat tahun 1987. Dua tahun sebelum runtuhnya tembok Berlin dan beriringan sesudah itu adalah kolapsnya imperium Soviet. Atmosfir ketegangan dalam perang dingin ini juga muncul dalam perdebatan para petinggi militer sebelum bersepakat membantu pasukan Decepticon memburu Bumblebee.Â
Pesannya tegas, jika Amerika tidak membuka diri bagi koalisi, Soviet akan merebutnya. Komunisme menang lantas bayangkanlah jika sosok Kar-El tidak cukup dengan masa lalu dari planet Kripton. Kar-El mungkin adalah persilangan yang rumit dari jejak para pelarian Cybertorn dan Kripton.Â
Tapi Christina Hodson yang menulis naskah tidak menyusun asal-usul Bumblebee dalam ingatan geopolitik seperti itu. Mungkin terlalu serius atau memang sudah di batas jenuh jika kita menilik lima sekuel sebelum ini.Â
Barangkali karena itu, asal-usul robot prajurit yang merupakan tangan kanan Optimus Prime tetap dikisahkan datang dalam narasi penyelamatan. Namun penyelamatan bumi dan rencana pembalasan hanyalah "sasaran antara" saja.
Ada yang jauh lebih serius dari itu semua.
Adalah Charlie Watson (Hailee Steinfeld), remaja perempuan yang hidup dalam kehilangan akan figur ayah. Hidupnya serasa berhenti dan sibuk menyemangati dirinya sendiri, dengan musik, bekerja di gerai hotdog dan melanjutkan memperbaiki mobil. Sementara ibu dan adik lelakinya terus melanjutkan hidup bersama ayah baru mereka.Â
Maka kita melihat Charlie sebagai remaja 80-an yang hidup dalam usaha melawan kekosongan yang getir. Dia menghabiskan hari demi hari dengan keceriaan yang hilang. Ia tumbuh sebagai remaja yang "abnormal": tak ada kekasih, tak ada petualangan yang serba coba-coba dan bermain-main dengan resiko. Tak ada yang bisa dituduhkan sebagai "gaya hidup liberal" dalam keseharian Charlie.
Bumblebee datang ke dalam drama kehilangan yang seperti ini. Robot pemilik kualifikasi tempur supercanggih dan tak terjangkau ilmu pengetahuan di bumi, sekali lagi, adalah penyelamat hidup remaja yang menjalani hidup tanpa makna sejak serangan jantung mengambil cinta terhebatnya. Dengan hubungan yang seperti ini, Bumblebee sebenarnya juga sedang mengalami humanisasi.Â
Selanjutnya, hampir sepanjang cerita, kita akan melihat adegan-adegan yang kocak dan (berusaha agar) mengharukan dari persahabatan manusia dan robot sesudah Charlie menemukan secara kebetulan rongsokan mobil VW yang merupakan kamuflase Bumblebee. Sejak saat itu, Charlie mulai muncul sebagai remaja yang bersemangat.Â
Termasuk menjadi lebih terbuka terhadap keberadaan Memo (Jorge David Lendeborg Jr). Tetangga Afro-Amerika yang lama menaruh hati padanya. Charlie dan Memo lantas berfungsi sebagai kolaborator Bumblebee kala mengagalkan rencana dua pasukan Decepticon mengirimkan pesan untuk mobilisasi pasukan dalam skala besar demi perburuan Autobots.
Tapi ada yang samar di sini.
Remaja Charlie dan Memo mengingatkan keberadaan remaja Sam Witwicky dan Mikaela Banes-yang rasanya lebih "ikonik", terlebih sosok Mikela (Megan Fox, coi!)-di kemunculan perdana cerita perang robot di bumi manusia, Transformers (2007). Sekaligus menimbulkan tanda tanya, dimana sebetulnya posisi Sam dan Mikela dalam urutan asal-usul Transformers?Â
Lantas bagaimana dengan sejarah penemuan artefak Allsparks, teknologi yang berfungsi untuk memulihkan Cybertorn, dari leluhur Sam pada masa yang dikisahkan jauh di belakang tahun 80-an? Remaja yang manakah yang merupakan "cinta pertama" Bumblebee? Siapakah yang duluan membuatnya mengalami pribumisasi?
Intinya film berdurasi 114 menit ini memang adalah drama keluarga.  Lebih tepatnya, kisah persahabatan robot dan manusia yang dihadapkan dengan perang hancur-hancuran yang diimpor dari planet lain. Persahabatan yang melampaui segala rupa superioritas teknologi robotik.
Persahabatan yang membuat si anak manusia menemukan kembali gairah hidup dan sang robot menemukan alasan untuk percaya bahwa manusia adalah sekutu terbaiknya melawan ancaman kepunahan.
Di dalamnya, yang disebut sebagai asal-usul Bumblebee adalah proses humanisasi atau kulturisasi yang dialami sesosok robot tempur yang dikirim untuk menyiapkan serangan balik terhadap pasukan Megatron. Humanisasi yang tidak pernah bisa diwadahi oleh kecanggihan teknologi robotik.
Karenanya, film seperti ini bisa disaksikan dengan anak-anak. Dan orang-orang dewasa tidak perlu khawatir dengan kejutan-kejutan tak senonoh atau yang beraura "seksis". Kerja badan sensor film rasanya maksimal di urusan ini, heheh.
Kita juga tidak akan menyaksikan visual perang robot-manusia yang woow atau wiih, seperti dibesut oleh Michael Bay, walaupun dia dan Steven Spielberg masih terlibat dalam proyek ini (sebagai Producer dan Executive Producer). Perang seperti ini rasanya tinggal "dramatisasi visual dengan pelukisan mesianisme yang berputar-putar di satu sumbu".Â
Atau mungkin, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa nuansa kehidupan keluarga yang hangat adalah urat nadi dari kisah sains fiksi sekelas Transformers? Intensi yang sama terasa pada produksi superhero jenis Aquaman, bahkan pada Deadpool seri 2 yang tergolong "liar" itu?Â
Apa yang sedang dituju dari narasi yang sedemikian? Menghindarkan diri dari kejenuhan imajinasi yang muluk-muluk tentang penyelamatan dunia dengan aksi-aksi yang menggelikan? Menggarap pasar para anak remaja yang mungkin sedang berjibaku dengan atomisasi individu produk digitalisme?
Saya mengira tahun 80an dipilih sebagai latar sejarahnya bukan semata penghadiran nostalgia pada hidup yang masih ditemani piringan hitam atau tape recorder.Â
Tahun 80an adalah transisi dari ujung kehidupan dimana hasrat akan kecepatan, perayaan pada kedangkalan, dan hasrat selalu eksis belum seramai saat social media menjadi penghubung dari interaksi manusia. Dunia dimana saling sapa masihlah preferensi yang menjadi mata uang kunci pergaulan sosial dimana-mana.
Sepenggal era dimana kepala belum tenggelam ke dalam gawai. Sebelum asmaramu diputuskan pakai SMS!
***
Sumber yang digunakan dalam artikel ini: satu, dua, dan tiga: Siapakah Megan Fox?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H