Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hujan Tiba dari Barat

25 November 2018   09:36 Diperbarui: 25 November 2018   23:04 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : fotocommunity.it

Tubuh itu masih berusaha bergerak. Terasa kaku dan basah. Wajahnya menghitam, bajunya berasap dan beraroma gosong. Ada jejak merah yang kering di bibirnya. "Kakeek.."

"Siapakah yang tadi bertengkar denganku?"

Semua orang terdiam. "Kakek mengapa juga keluar rumah? Sudah tahu petir sedang marah."

"Siapa yang membuatku marah? Siapaa.." Suaranya lirih.

 "Aku, Mansyur."

Mansyur menatap sesosok perempuan berdiri di sana, di depan pintu, di balik cahaya yang rendah. Tersenyum bersama ompongya yang mulai utuh. Tubuhnya belum susut benar. Matanya itu, mata yang genit dan jenaka. 

"Kenapa, Nifa?"

"Biar kutahu seperti apa keyakinanmu, apakah ketakutan di bawah hujan dan petir yang menggelegar atau tidak."

"Nifa.."

Mansyur menyebut nama, lirih dan tak berdaya. Matanya berkaca-kaca. Semua orang tak lagi memandang lantai kayu, semua mencari-cari ke segala penjuru. Tiba-tiba, semuanya dibekap gigil di tengkuk. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun