Hujan makin deras. Hawa dingin mulai menguar dari bawah lantai-lantai kayu. Bau tanah menyergap udara kamar. Petir menyambar-nyambar di langit Utara.
Seorang kakek muncul dari arah yang lain, membawa pancing dan ikan sebesar lengan orang dewasa. Rambutnya yang putih panjang setengah berurai kusut, setengah menutupi wajahnya yang keriput. Mulutnya merah, matanya hitam. Korneanya seperti tenggelam. Berkomat-kamit sepanjang langkah.Â
Petir masih menyambar di Utara.Â
"Dasar penakut!"
Hanya dua kata itu yang diteriakannya sesudah komat-kamit yang panjang. Sembari menatap langit, seperti menantang petir dan mengolok-olok hujan bulan November. "Dasar penakut!"
Blaaaaaaaarr! Â
"Penakuuuut. Turun kamu! Turun."
Blaaaar!!
Aaaakh.
***
"Kek.."