Jadi, tidakkah kita sedang berhadapan jalan buntu sepakbola? Apa yang menjadi filosofi sepakbola nasional, yang mulai mewujudnyatakan dirinya dalam polesan Milla (silakan di baca di sini), hanya akan menjadi CINTA semata?Â
Cerita Indah Namun Tiada Akhir, Dik.
Atau mungkin justru karena itu kita harus menambah level tabah lebih banyak lagi.Â
Selalu mempersiapkan diri untuk berjuta-juta kekecewaan. Merelakan diri kedalam berjuta-juta kesedihan dan patah harap di depan (ilusi) menjadi juara Asia Tenggara. Memberikan kepada kepala segala bentuk-bentuk permakluman bahwa kita adalah bangsa bekas kolonial yang memang ditakdirkan berada di periperi kejayaan sepakbola.
Tabah dan bersabarlah, sebab seringkali sepakbola tidak lebih naas dari tipu daya politik. Dan kau masih tidak tahu meloloskan nasib dari padanya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H