Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kehadiran Todd Rivaldo Ferre dalam Ihwal yang Sentimental

22 Oktober 2018   09:32 Diperbarui: 22 Oktober 2018   10:07 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Todd Rivaldo Ferre | Kumparan

Mengetahui Todd Rivaldo Albert Ferre adalah mengalami ihwal yang "sentimental". Ada dua pokok besar yang menjadi penyebabnya.

Pertama, tentulah, tentang bagaimana tanah Papua selalu melahirkan bakat-bakat hebat dalam sepakbola. Dalam urusan ini, rasanya sesudah Boaz Theofilius Erwin Solossa, Valdo adalah bakat hebat itu. Ada jeda waktu yang lama dari regenerasi ini. 

Anda mungkin akan menyebut Osvaldo Ardiles Haay yang sempat menjadi pilihan Luis Milla di timnas U-23. Mungkin juga Prisca Womsimor yang sedang menjadi pilihan utama di lini depan Mutiara Hitam, tapi sulit membantah jika Valdo adalah yang teristimewa sekurangnya dalam sepuluh tahun terakhir. 

Valdo tadi malam menunjukan itu di stadion utama Gelora Bung Karno. 

Di tengah ketertinggalan yang mengenaskan, remaja mungil ini mampu menunjukan tiga modalitas penting seorang gelandang penyerang kelas atas dalam dirinya. Ketenangan, pemahaman situasi dan efektifitas. Tendangan bebas yang melengkung tajam serta dua aksi solo run yang mematikan menunjukan kualifikasi itu. Kelas dunia!

Gol-gol indah remaja yang memulai karirnya dari bermain futsal ini membuat teman-temannya yang sempat lesu darah seperti kembali menemukan dirinya yang hilang. Yang juga membuat pelatih Qatar sampai harus memainkan lakon menjijikan di akhir babak saat M. Luthfi Kamal mengambil tendangan bebas dari posisi idealnya. 

Dengan kata lain, Valdo adalah katalisator yang membangkitkan kembali daya juang dan fokus, dua karakter yang hilang di babak pertama. 

Sejak kecil dia sudah menunjukkan bakatnya. Dia selalu ikut kemana saya pergi, waktu di kasih bola dia ikut latihan dan dia sering ikut kakak-kakak seniornya untuk berlatih - Agustinus Ferre

Saya jadi harus membaca ke belakang, mencari paham tentang siapa sosok pemain terbaik Liga 1 U-19 musim 2017 ini. 

Todd Rivaldo Albert adalah anak Agustinus Ferre. Ayahnya adalah seorang pelatih sekolah sepakbola (SSB) Imannuel dan merupakan mantan pemain Persidafon Dafonsoro. SSB ini terletak di Sentani, berjarak sekitar 85,7 km dari kota Jayapura atau sekitar 20an km dari tempat saya tumbuh remaja, Abepura. Bakat Valdo mekar dalam asuhan ayahnya. 

Valdo kecil tumbuh bersama keberadaan SSB, sesuatu yang masih jarang ketika saya masih di Jayapura, di pertengahan tahun 90-an. Saat masih seumuran dengannya. Dari cerita ayahnya, Valdo sudah banyak diikutkan dalam turnamen usia dini. Coach Peter Butler, seorang Inggris-lah yang membawanya ke tim utama Persipura Jayapura.

Penampilan perdananya di tim Persipura pun melahirkan decak kagum. 

Saat itu, Persipura membantai Madura United 6:0. Valdo masuk menggantikan idolanya, Boaz. Pada menit ke 72, menerima operan dari Hilton di sisi kiri pertahanan Madura United, Valdo mengontrol bola sebentar dan melihat ruang yang terbuka. Kaki kanannya seketika melepas tambakan dari luar kota 16 dan gol!


Valdo adalah mutiara paling mutakhir dari tanah Papua yang kembali menghadirkan kebanggaan nasional. Di stadion utama GBK, ia bukan saja datang dengan skill dan mentalitas nomor wahid, juga ia adalah Supersub yang hadir untuk memulihkan tim dari kelesuan, mengembalikan daya juang.

Dan apa yang dia katakan tentang aksi-aksinya? "Semua ini hanya karena Tuhan, bukan saya." 

Kedua, apa yang ditampilkan Valdo, dkk kembali menegaskan arti penting sepakbola sebagai perwujudan dari kebersamaan dan daya juang. Dua pokok yang sejatinya telah pula mekar dan ditampilkan timnas U-23 asuhan Luis Milla. Khusus untuk mantan pemain Barcelona dan Real Madrid ini, dalam masa kerja yang hanya sekilas, buah kerjanya telah melahirkan timnas yang berkarakter. 

Milla sukses menerapkan "Filanesia" dan mentalitas juang sampai peluit terakhir. Catatan lengkap perihal kontribusi Luis Milla bisa Anda nikmati di Kerja Luis Milla dalam Empat Kekaguman.

Tidak terlalu berkesan kemenangan yang dicapai, seberapa besar skornya. Walau pun kita rindu mengangkat tropi, jauh lebih berbangga hati melihat anak-anak remaja ini bangkit dari ketertinggalan. Melihat mereka bersama-sama melakukan aksi melawan keterbatasan atau bahkan ketidakmungkinan. 

Dalam usaha seperti itu, kita melihat sesuatu yang lebih subtil dari sekedar perkara taktik atau strategi bermain. Sesuatu yang hidup dalam pusat energi dan bekerja merawat semangat selalu memberikan yang terbaik. Semangat yang sering disindir masih labil dalam jiwa ABG.

Kita mungkin juga akan melihat diri kita sebagai dewasa yang payah. Yang mungkin telah kehilangan banyak waktu untuk fokus dan bertarung mengatasi apa yang terlanjur didefinisikan sebagai keterbatasan atau ketidakmungkinan. 

Saya lantas terkenang beberapa kawan masa remaja yang saat seumuran Valdo juga menjadi pusat dari permainan sepakbola. Kebanyakan mereka bermain sebagai penyerang-ingatlah jika di Tanah Papua, mencari sosok yang mau melakoni peran sebagai kiper adalah perkara langka! Kebanyakan mereka memiliki dribbling yahud.

Saat itu kami tak punya SSB, hanya ada kompetisi antar SMP dengan bintang terangnya adalah kakak Ellie Aiboy. Memang ada perkumpulan yang rutin latihan tapi saya kira standarnya masih belum memenuhi syarat SSB. Tak ada dari mereka yang fokus di jalur sepakbola. Tak ada yang meniti jalan menjadi penerus Timo Kapisa atau Ronni Wabia, misalnya. 

Kawan-kawan masa kecil ini kini berada di jalur yang mungkin telah nyaman dengan kesehariannya: kerja yang rutin dan lingkar perut yang terus membengkak. Bersama anak-anak dan istri yang sesekali meminta liburan akhir pekan. 

Yang mau saya katakan dari kunjungan singkat ke masa lalu ini adalah dalam sepakbola bakat-bakat hebat itu selalu tersedia, bahkan berlimpah lahir dan tumbuh di Timur Indonesia. Maka kemunculan seorang Valdo, yang mungil, tenang dan bebahaya dari Sentani ini adalah penegaskan kesekian kalinya jika sepakbola adalah ruang bagi keistimewaan manusia Papua. Keistimewaan yang abadi, yang tak tergantikan walau tentu tak lepas dari pasang surut ruang dan waktu.

Keistimewaan dalam bersepakbola yang mana kala dia tak hadir, kenasionalan kita seperti kekurangan rasa.

Terima kasih Valdo. Tetap rendah hati dan bekerja keras!

***

Sumber:

1. Kompas.com, 2. Indosport, 3. Bola.com dan 4. Football-tribe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun