Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Belajar dari Palu] Merenungi Teladan Guru Tua

30 September 2018   09:05 Diperbarui: 30 September 2018   10:18 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Habib Idrus bin Salim Aldjufrie atau Guru Tua | deskgram.net

Jika Anda bertamu di rumah warga muslim yang berada di daerah Sulawesi Utara, Maluku Utara atau Gorontalo, foto beliau banyak terpajang di dinding ruang tamu. Beliau adalah ulama yang sangat dihormati oleh kaum muslimin yang sering digolongkan sebagai "Tradisionalis Islam".

Ayahnya seorang ulama dan mufti di tanah air pertamanya. Sejak muda, dirinya adalah salah satu yang turut berjuang melawan imperium Inggris ketika menjadikan Yaman sebagai wilayah jajahan. Dan sebagaimana takdir mereka yang memilih jalan pemberontak, beliu juga mengalami pembuangan.

Ia bukan saja dipisah dari sahabat seperjuangannya, tetapi juga, dibuat tak bisa kembali ke tanah lahirnya. Pembuangan kolonial yang membuka babak baru dari kisah keulamaannya.

Idrus bin Salim Al-Jufri adalah nama lahir pemberian orang tua beliau, lahir pada 15 Maret 1892. Salah satu sumber menyebutkan nama lengkap beliau adalah As-Sayyed Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain Al-Hadhramiy. Guru Tua, begitu sapaan akrab dari murid-muridnya. Atau dari orang-orang yang tahu riwayat keulamaan beliau.

Guru Tua, juga pewaris darah dagang, pendidik, selain juga darah ulama. Dengan "gen" seperti ini, sebagaimana juga generasi para habaib sebelum beliau, mereka terbiasa melakukan perjalanan jauh, menelusuri daerah-daerah baru, bertemu komunitas dan kultur berbeda, hingga memilih menetap.

Menjadikan suatu tempat sebagai tanah air kedua atau tanah perjuangan bagi karya keulamaannya.

Demikian juga Guru Tua, salah satu aktor sejarah dari sekian banyak pelaku karya keulamaan itu. Semasa hidupnya, beliau mewariskan karya agung bernama Perguruan Islam Al-Khairaat bagi generasi masa kini. Guru tua wafat pada 22 Desember 1969 dalam usia 77 tahun. 

***

Gedung pusat Al-Khairaat berada di Sulawesi Tengah, persisnya di kotamadya Palu.

Semenjak berdiri ditahun 1930, berjarak sekitar 4 tahun sesudah pendirian Nahdlatul Ulama di tanah Jawa, perguruan Islam yang satu ini terus mengembangkan pengajaran Islam hingga ke luar pulau Sulawesi, menembus Kalimantan, Maluku dan Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun