Bruce Wayne dan Arthur kemudian mengalami evolusi diri hingga mencapai status "Mesias" dengan fungsi yang sama saja: keadilan terpelihara, hukum tak pandang bulu; menjaga tertib sosial tetap tegak.
Sederhana kata, Nolan dan Richtie menulis ulang kisah hero dengan menggunakan lensa pandang yang mutakhir dari perkembangan teori psikologi, filsafat atau sosiologi pergerakan sosial (baru).
Lensa yang membuat bobot cerita lebih dari sekedar adu pukul atau adu tembak nan canggih (dalam visualisasi sinematik). Namun juga mengajak pemirsa melihat kompleksitas ide yang membentuk tubuh cerita. Membawa penonton ke dalam kelamnya pengalaman psikis, dilema moral dan benturan sosial yang menjadi alasan politis dari adanya si jagoan.
Sementara jagoan kita yang baru tayang di bioskop tanah air ini, yang produksinya melibatkan Fox International Productions, anak perusahaan dari 20th Century Fox belum memberi banyak kesan selain bikin ketawa di beberapa adegan.
Padahal, Wiro memiliki alasan untuk dimaknai seperti Arthur atau Bruce. Bahkan bisa lebih dari itu karena sebab-sebab kematian orang tua yang berbeda.
Dari seri perdana berjudul Empat Brewok dari Goa Sanggreng, tewasnya Ranaweleng dan Suci (ayah dan ibunya) dipicu oleh dendam Mahesa Birawa. Mahesa adalah bukan lelaki yang dipilih. Cintanya kepada Suci tak kesampaian. Ujungnya adalah kesumat patah hati. Kesumat patah hati yang tidak membuat Bruce atau Arthur.
Atau ketika Mahesa Birawa dan para pendekar dari Sayap Hitam berkumpul dan merancang kudeta, yang tampak adalah percakapan orang-orang yang terlalu ingin berkuasa tanpa mengerti caranya; besar ambisi dari pada otak. Orang-orang yang hanya butuh sedikit arus balik perlawanan langsung keok.
Berbeda 2ooo kali lipat dengan bagaimana Bane dikisahkan merancang pendudukan Gotham dengan mengajukan Anarki sebagai ideologinya, Bane terlebih dahulu menculik ahli nuklir serta menguasai pusat kuasa Gotham, menara Wayne yang menyimbang mesin perang milik Batman. Apa yang dilakukan oleh Bane bahkan bisa dirujuk sebagai model aksi teroristik paling mutakhir, seperti dibahas di artikel Paris Attack, Karakter Bane dan Psikologi Teror.
Sama berbeda 2000 kali lipat dengan  cara Arthur merancang perlawan balik terhadap rezim yang membusuk dengan memobilisasi kekuatan populer (rakyat jelata) bersamaan dengan pembangunan aliansi dengan keluarga kuat yang menentang kerajaan serta penyihir. Selengkapnya mengenai Arthur dalam tafsir Richtie bisa dibaca dalam Tiga Film "Anglosaxian" dan Produser yang Kebingungan.
Kenapa perbandingannya 2000 kali lipat? Gak kenapa-kenapa, suka aja nulis begitu. Hee.
Terus, Wiro kita ngapain aja? Sesudah 17 tahun dikader menjadi petarung sakti? Sesudah ditempa oleh laku "Manunggaling Kawula Gusti" sebagai basis spiritualitasnya?