Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Motive", Obsesi Sastra Tinggi dan Luka Laki-laki

18 Agustus 2018   09:47 Diperbarui: 18 Agustus 2018   17:24 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Martin Cuenca boleh dikata sebagai sutradara Spanyol yang gemar mengelaborasi sisi ganjil-gelap batin manusia dan bagaimana itu ditampilkan secara manipulatif dalam panggung sehari-hari. Dalam film ini, dia kembali melanjutkan kegemarannya itu.

Di variety.com, dalam wawancara tentang The Motive, Martin katakan jika, dia ingin berbicara mengenai obsesi dan ironi. 

Tentang seseorang "idiot", dengan kesedihan dan kesenangannya, berusaha menyamai asal-usul mereka yang memiliki bakat lewat "pencarian". Ia menemukan kebahagiaan dari pencarian tersebut, sebagai "hasil kolateral". Alvaro sendiri, akhirnya, tidak lagi peduli dengan pengakuan atau penilaian orang lain pada dirinya. Dia hanya (terus) menulis. Selain juga, Alvaro adalah sosok yang egois dan manipulatif.

Saya kira, usaha untuk memfilmkan cerita seperti ini cukup terpenuhi. Plot-nya berjalan cukup baik.

Pada awalnya, kita diajak melihat latar belakag Alvaro sebagai karakter dengan ego terluka yang tak tahu caranya berdamai.  

Dia terhina oleh kel-aku-an Amanda, yang meraih pengakuan bukan karena karya bermutu lagi layak serta dan yang merelakan tubuhnya sebagai "jimat" dari pengakuan yang otoritatif. Dengan kata lain, Alvaro adalah laki-laki yang ingin menyembuhkan luka ini dengan mencapai derajat terhormat dalam produksi karya. 

Ingatlah juga jika Alvaro adalah seorang borjuasi yang reseh dengan selera tinggi dalam sastra. 

Maka untuk membuktikan dirinya, dengan seluruh kelaki-lakiannya yang terluka, dia mengikuti kelas menulis. Memutuskan berpisah dengan istrinya, lahir dan batin. Menjedakan diri dari kantor notaris selama dua bulan. Kemudian menenggelamkan diri dalam proyek penulisan novel di sebuah rumah susun. 

Tidak mudah, jelas. Selain talentless, sindir istrinya, dia terlanjur membebani diri dengan pertentangan selera tinggi dan rendah. Tetapi Alvaro kadung bersumpah, novel bercitarasa tinggi harus dilahirkan. Apapun caranya, sesulit apapun kondisinya. Sekarang atau tidak sama sekali!

Obsesi seperti ini memaksanya terus menulis, memproduksi rancangan naskah serta berkonsultasi dengan si profesor. Profesor yang mengampu kelas menulis memang membantu, dalam beberapa hal memicu perkembangan ide yang lebih kompleks. Dengan syarat konsultasi naskah harus dilakukan di kafe yang lebih representatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun