Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca Manusia dalam Sejarah pada "Menapak Koridor Tengah" Sarwono Kusumaatmadja

15 Agustus 2018   22:06 Diperbarui: 27 Mei 2023   11:22 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat Parameter bagi Kisah Biografis
Bagi saya, dalam mempelajari sejarah hidup seorang tokoh politik, setidaknya ada empat pertanyaan yang sekaligus menjadi standar mengapa sebuah biografis harus diselesaikan atau hanya sampai pada halaman pengantar saja. Keempat pertanyaan tersebut juga dapat dipilah dari dua tahapan besar, yakni "Society in Man" dan "Man in Society".

Secara spesifik, keempat hal tersebut adalah, Pertama, dari latar belakang keluarga seperti apa sang tokoh dilahirkan, dalam perjumpaan nilai-nilai seperti apa hingga masa remaja? Apa momen-moment kunci dalam perjalanan sang tokoh yang sangat mendasar dalam pembentukan dirinya? 

Pada MKT, kita akan membaca bahwa ibu dan ayahnya memiliki penguasaan bahasa Belanda yang baik. Selain itu, ibunda yang biasa dipanggil Mimi, adalah seorang yang aktif dalam kegiatan sosial, mengurus panti asuhan, mengajar di sekolah dasar dan berpartisipasi dalam pemberantasan buta huruf (hal 12).

Sedangkan sang ayah, tergolong sosok dengan kepribadian yang kuat dan "semau gua". Seperti Mimi yang memiliki jiwa sosial begitu kuat, sang ayah juga. Bedanya, sang ayah terbiasa melakukan aktivisme sosialnya lewat layanan kesehatan seorang diri. Ayahnya juga orang yang tidak memiliki prasangka rasial, agama dan sosial.

Selain nilai diri yang hidup lewat ibu dan ayahnya, salah satu yang turut penting adalah lingkungan keluarga yang terbiasa menerima bermacam-macam jenis tamu. Saat itu, kata Pak Sarwono, konflik dengan para penjajah sudah selesai. Republik masih berusia muda dan ketegangan baru muncul dari kebijakan-kebijakannya. Tidak bisa tidak, para tamu yang berkumpul pada malam hari sering membahas politik sambal makan, minum kopi dan merokok (hal 20).

Pak Sarwono adalah salah satu penyimaknya. Selain mendengar percakapan, juga dengan membaca surat kabar. Sebab itu, boleh dikata Sarwono kecil telah mengakrabkan diri dengan diskusi-diskusi politik yang tumbuh bersama pelajaran tentang kepedulian sosial dan kesungguhan dalam mengabdikan diri pada kerja-kerja kemanusiaan sebagaimana dimiliki ayah dan ibunya.

Kedua, apa atau bagaimana struktur motivasi atau preferensi sang tokoh, yang menjadi spirit dalam perjalanan hidupnya, baik dalam masa pasang atau surut, termasuk momen yang membuatnya berada dalam titik nadir sejarah dibentuk? Dalam konteks pak Sarwono, kita bicara soal kehidupan pra-aktivisme politik yang membentuk karakter sang tokoh.

Peristiwa penting lain yang perlu dicatat dalam periode remaja sebelum kuliah adalah sesudah ayahnya wafat, kehidupan keluarga sempat berkubang pada "gali lubang, tutup lubang". Saat itu, mereka sering sekali bolak-balik pegadaian dalam melewati masa-masa sulit.

Beruntung, ada seorang kerabat yang juga pejabat di Kementrian Luar Negeri yang sering ikut membantu. Pejabat itu bernama Soedarsono, ayah dari Juwono Soedarsono. Oom Soedarsono inilah yang meminta ijin untuk mengajak Sarwono muda ke luar negeri dan bersekolah di sana.

Pak Sarwono disekolahkan di King's School, di Gloucestershire, Inggris. King's School adalah sekolah dengan mata pelajaran humaniora sebagai favoritnya. Di sini, Pak Sarwono tampil sebagai anak muda yang berprestasi. Dirinya mampu melampaui hambatan-hambatan "psiko-kultural" yang rentan jatuh pada inferioritas di depan anak-anak asli Inggris. 

Sarwono remaja sukses menembus barisan elit siswa, bahkan menjadi satu-satunya siswa yang meramalkan Charles de Gaulle akan menjadi presiden Perancis, di tahun 1958 (hal 41).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun