-- Caroline Massin
aku gagal menyusun sajak yang menyadarkan:
sebuah persimpangan,
ting tong ting tong lonceng di pintu rel kereta
sebuah stasiun tua  di depan pasar yang malas
di bawah sebatang pohon ketapang
dengan cerita tentang kecemasan
yang bercakap-cakap di matamu dan segala penyebab rindu
tapi sajak seperti itu--kata-katanya, maksudku--
terlanjur memenjara dirinya ke dalam kebisuan
kerna jejak kelam sebelum kita berjumpa
telah merentang dari rangkaian pelajaran
menyulam cinta dan melawan bunuh diri
kita sering berusaha berdamai dengan lukanya
kau menyebutnya: masa lalu.
tapi perdamaian yang kita mau,
tak ubahnya tembang
yang ditulis demi dibiarkan
menyanyikan liriknya
sebagai gema. trauma
kau menamainya
filsafat mengenai
"percakapan sendiri di hari tua"
aku memikirkannya
sebagai sosiologi:
mengapa Comte membuat agama
dengan perempuan sebagai
nabinya?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H