"Kehilangan segalanya," jawab Thanos sendu.Â
Thanos yang undefeated ini akhirnya menjumpai ketenangan diri di sebuah pondok dengan pemandangan sawah hijau di depannya. Ingatlah kawan, persawahan tidak berasal dari jejak peradaban Barat. Jadi elu ngamuk-ngamuk demi suasana semacam di persawahan, Nos?Â
Saya tu melihat Wanda Maximoff aja sudah tenang, elu ribet banget jadi iblis modern...
Sesudah menghabisi para pejuang terbaik di bumi, termasuk pasukan Wakanda yang saya sangka akan jadi penyelamat itu, Thanos tersenyum di depan sawah hijau. Saya lalu teringat salah satu film Jet Lee, lupa judulnya, yang melukiskan tradisi menanam padi di pedesaan Tiongkok. Ritus yang menggambarkan penghormatan terhadap tanah, tumbuhan dan matahari. Gambaran hidup serasi dan selaras dengan alam raya.
Selama ngamuk-ngamuk memenuhi kehendak genosida itu, Thanos tiada pernah tahu ada lokasi kebudayaan yang belum total diteknologisasi; sebuah masyarakat dalam persilangan fase teologis dan metafisik dalam istilah Auguste Comte. Â Kearifan hidup yang dicari-carinya, bahkan seperti menghidupkan kembali peringatan Mahatma Gandhi dengan kemarahan menyala-nyala itu--anda bisa baca narasi sejenis ini di tulisan saya menyoal film Great Wall--ternyata eksis di luar radar kemampuannya melintasi ruang dan waktu bahkan mengembalikan peristiwa masa lalu. Bisa ya?!
Penutupan "Infinity War" yang sedemikian malah bikin "saya mendadak turis dari masa lalu" atau terkenang-kenang lagi dengan perjalanan kolonial ke kawasan di Bawah Angin yang melahirkan catatan, jurnal, monograf, publikasi-publikasi dalam judul besar penemuan kolonial. Pada dunia Thanos, yang muncul adalah semacam pembalikan terhadap narasi kolonialisme yang baru sadar belakangan bahwa yang dijudulinya uncivilized society itu adalah surga yang akan menyelamatkan manusia dari ilusi superhero.
Sadarmu kok terlambat sekali?
Jadi, maap-maap kata bagi pengikut aliran Marvel Superheroes garis fanatik, Infinity War yang heboh sak dunya tidak bilang apa-apa padaku. Selain pengulangan-pengulangan akan ide mesianisme yang dicari-cari adanya lewat kemasan kelahi-kelahi jenis adimanusia nan canggih. Berbiaya mahal tapi malah menggamblangkan ide yang rasanya makin dekat di titik buntu.
Uhuk.Â
***