Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Infinity War" dan Hal-hal yang Berulang

30 April 2018   10:08 Diperbarui: 30 April 2018   18:02 3078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, mengapa imajinasi superhero supra-modern dikembalikan pada sejenisnya kekuatan mistisme tua yang berakar dalam kebudayaan yang diolok-olok Barat sebagai "yang irasional, tahayul, dan uncivilized ini"? Apakah ini semacam pemujaan diam-diam terhadap mistisisme Timur yang muncul karena kuasa positivisme yang makin total dalam mengendalikan serta melahirkan anomie massal? Maka, untuk itu, kenang-kenanglah Emile Durkheim, kawanku.. 

Maksud saya, ketika manusia Barat mengalami perluasan rasionalisasi yang mendekati total, memimpin dunia dalam ukuran-ukuran terdepan teknologisasi kehidupan, memondialisasi nilai-nilai yang disebut sebagai jalan kemajuan universal, Infinity War hanyalah potret dari "pertempuran tiada ujung" antara Barat dengan sisi sunyi dirinya yang tumbuh berkecamuk dalam kehampaan yang haqiqi(?)      

Kedua, kepada Thanos, elu tu ngamuk karena apa?

Thanos alias Thanatos yang berakar dalam mitologi Yunani yang adalah kehendak pada kematian alias lawan dari Eros itu membawa misi pemusnahan ras (genosida) karena manusia hanya hadir untuk merusak kehidupan yang lestari dan berbahagia. Kehadirannya mengingatkan pada representasi iblis dalam dialog awal penciptaan Adam. Rasanya, seri-seri superhero dalam grup Avengers telah sejak lama "membunuh tuhan" maka relasinya dengan narasi teologis tidak terlalu penting sekaligus penting.

Kok bisa hubunganya menjadi ambivalen begitu?

Yaiya. Karena "kekuatan tertinggi yang menjadi pusat kendali semesta" telah lama dibunuh, maka yang tersisa adalah semacam tanda kosong yang diperebutkan antara yang jahat versus yang bathil--lho??--. Thanos memang tidak datang dari jejak-jejak kebudayaan purba. Dia berakar dalam masa lalu yang kolaps, dari kehidupan di luar bumi yang musnah karena kehilangan keseimbangan akibat over-populasi di depan daya tampung tempat hidup. Baginya, keseimbangan hanya dipulihkan oleh pemusnahan spesies, bukan pemurnian rasial ala-ala Hitler.

Titan yang menjadi kampung halamannya adalah lokasi yang hilang dari sejarah tidak dilukiskan sebagai kawasan dengan dukun atau tukang santet di pusat stratifikasi sosialnya. Titan adalah planet dengan perkembangan teknologi di fase super-modern juga--tapi kok gak ada teknologi pengontrol kelahiran serupa KB yak?--yang membuat Thanos memiliki alasan moral untuk sikap agresif dan merasa memiliki mandat menyelamatkan kehidupan...sadis euy, ada sosok dari wilayah yang rusak datang dengan klaim menyelamatkan kehidupan dengan pengrusakan yang lebih massif..

Thanos baru sadar sesudah ditegur oleh anak perempuan angkatnya. Gamora yang telah mangkat. 

"Kamu sudah lakukan semuanya?"

"Sudah.."

"Terus dapat apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun