Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tragedi dan Benda Mati atau Bagaimana Kita Ada

17 Maret 2018   07:40 Diperbarui: 17 Maret 2018   21:21 2415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi..

Jika kebahagiaan seperti ini yang melatari kita, mungkinkah kita masih tegak mengada? 

Aku pikir, tidak. Kita akan digantikan jemuran dari besi yang mudah dilipatpindahkan. Pekarangan tanah ini mungkin juga telah berlantai semen dan kolam ikan. Kita mungkin sudah lama berakhir di pembuangan sampah. Bersama plastik, makanan busuk, dan besi-besi berkarat. Mungkin juga telah membusuk kedalam tanah.

Aku pasti tidak punya cerita. Kita tidak pernah dianggap ada. 

Lantas, mengapa orang-orang bahagia mudah melupakan kita --sepasang tali dan tiang kayu yang menjadi jemuran? Kau ingin bertanya seperti ini, Sayang?

Aku pikir tidak begitu. Bukan bahagia atau kesedihan yang menjadi urusannya. Aku kira, kebanyakan tragedi mungkin lebih baik dipercakapkan dengan benda-benda mati. Setidaknya, tampak mati. 

Di situlah, kita baru ada. Kau setuju?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun