Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Please Stand By", Perempuan dalam Drama Penaklukan "Yang Normal"

2 Maret 2018   10:13 Diperbarui: 2 Maret 2018   10:20 2405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Apple Trailers

Maksud saya, film yang disutradarai Ben Lewin ini berpotensi memberi penonton kisah pergolakan individu di  depan masyarakat yang katanya normal namun sejatinya menyamarkan tipe-tipe manusia yang jauh lebih berbahaya dari mereka yang "bukan normal".

Karena itu juga, dalam daftar film drama sejenis yang pernah dibintangi Dakota Fanning, kisah ini kalah berkelas dari film "I Am Sam" (2001), yang berkisah seorang ayah dengan kapasitas intelektual setara anak umur 7 tahun berjuang mendapatkan hak asuh anak perempuannya. Anak yang dilahirkan dari seorang perempuan Tuna Wisma. 

Lebih dari ini, "I Am Sam" bukan saja memberi penonton sudut pandang tentang dunia manusia dengan "IQ Minimalis" namun juga bagaimana tangan-tangan negara bekerja mengintervensi kehidupan domestik karena janji memenuhi amanat menjaga masa depan anak-anak.

Dengan maksud lain, konteks konfliknya tidak remeh. Film yang dibintangi Sean Penn dan Dakota Fanning saat masih bocah ini (sebagai Lucy Dawson) mampu mengantar penonton masuk ke dalam "konflik moral dan politis".

Yaitu perkara keabsahan moral dari negara yang memisahkan anak dari ayahnya karena alasan "IQ Minimalis" tak mungkin mengurusi anak hingga dewasa sekalipun seluruh kasih sayang sang ayah hanya dicurahkan pada si anak. Atau justru sebaliknya, bisakah kita percaya "IQ Minimalis" bisa mendapatkan hak dan kesempatan untuk melampaui keterbatasan dirinya dalam pengasuhan anak.

(Atau... Di film ini, Anda boleh curiga jika Starbucks dan Pizza Hut sedang mengkampanyekan dirinya sebagai institusi bisnis yang ramah terhadap pekerja dengan "IQ Minimalis" layaknya Sam Dawson?---peristiwa yang belum pernah terlihat dalam kenyataan manakala kita berkunjung ke dua satelit konsumsi global ala Amerika tersebut! Atau justru ini juga, menaruh curiga pada "karakter Sam" adalah simbolisasi daya juang seorang dengan keterbatasan intelektual atau tentang ideal yang lebih besar dari ini dari sebuah negara adidaya? Hehehe)

Hal lain yang hendak saya katakan adalah tentang pasang-surut daya pukau dari seni peran Dakota Fanning---memangnya ada yang lain?!---yang kini  bersaing dengan Jennifer Lawrence (dalam Mother! Bukan Red Sparrow) atau Dakota Johnson (Fifty Shades of Grey) atau  Alicia Vikander (Tulip Fever) atau Elizabeth Olsen (Liberal Arts), sekedar menyebut secara acak saja.

Di tahun 2016, aktris berambut pirang dengan mata indah bola pingpong ini bermain sebagai perempuan dengan lidah dipotong dalam film Brimstone. Perempuan yang dibisukan ini adalah seorang dari masa lalu yang kelam---katakan saja penuh dosa--- dengan hidup dalam pelarian, menghindari persekusi.

Persekusi dari sang Ayah yang mabuk berat puritanisme agama dan merasa sedang dalam tugas suci membersihkan dosa anaknya.

Di sini, Dakota Fanning tampil dengan kualitas seni peran yang menghidupkan narasi perempuan pejuang---tentulah juga anggun dan manis. Yang berjuang menggapai hidup sederhana dan tenang; yang sesudah masa-masa menjadi pelacur, membunuh ayahnya yang mabuk puritanisme, menikahi suami sahabatnya hingga berakhir narapidana yang memilih bunuh diri.

So, Brimstone adalah narasi perempuan yang bertahan dalam rentetan tragedi hidupnya karena perseteruan antara "yang bermoral vs yang berdosa". Dimana muncul tipe manusia (laki-laki) yang merasa sedang menjadi utusan langsung Tuhannya vis--vis manusia (perempuan) yang menjadi obyek dari jiwa payah berkubang dosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun