Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"American Made", Operasi Hitam CIA Mengganyang Komunisme di Amerika Tengah

7 Desember 2017   19:32 Diperbarui: 10 Desember 2017   11:17 6024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barry Seal dan keluarga kecilnya semasa hidup | dailymail.co.uk

Barry Seal (diperankan Tom Cruise) pada mulanya hanya terbang rutin dari New York ke Los Angeles. Sesekali, ia melayani pengiriman tertentu.  Semasa sekolah pilot, dia adalah pribadi yang berprestasi. Barry melukiskan dirinya sebagai orang yang bertindak dulu, berpikir kemudian. Latar belakang karakter seperti ternyata masuk kedalam radar Central Intelligence Agency (CIA). Tegas kata, bukan saja berani mengambil resiko, suami dari Lucy Seal ini adalah perkakas yang bagus untuk rencana-rencana berbahaya. Perkakas yang ideal dalam mendukug operasi senyap.

Menjelang akhir tahun 1970an, lewat agen yang mengenalkan diri sebagai Monty Schafer, Barry diminta melakukan pengintaian di beberapa negara Amerika Tengah yang mulai melahirkan kelompok bersenjata aliansi Soviet. Barry dibekali pesawat paling cepat zaman itu dengan fasilitas memotret dari udara. Barry hanya harus terbang rendah dan menghindari tertembak jatuh. Hasil foto udara yang rutin dikirim kepada Schafer adalah tindakan brilian. Barry lantas diminta terbang ke Panama, bertemu kolonel Noriega, seorang penyuplai informasi CIA.

Penerbangan ke Panama inilah yang mengubah hidup Barry. Ia terlibat dalam operasi intelijen tingkat tinggi sekaligus kolaborasi dengan kartel narkoba dari Kolombia yang dikenal dengan nama Medellin. Dari catatan wikipedia, kartel ini didirikan oleh Jorge Luis, Juan David, and Fabio, bersama Pablo Escobar, George Jung, Carlos Lehder and Jos Gonzalo Rodrguez Gacha. Mereka memiliki wilayah operasi dari Amerika Selatan hingga Amerika Tengah sampai Amerika Serikat. 

Kolaborasinya dimulai ketika aktifitas bolak-balik terbang ke Panama terpantau oleh kartel Medellin. Barry lantas diminta sebagai kurir yang memasok kokain ke Amerika, khususnya di wilayah Los Angeles. Medellin telah gagal dengan beberapa pilot. Untuk sekilo kokain, dia akan mendapat imbalan dua ribu dolar. Barry menyetujui dan mulai menjalankan operasi ganda: agen intelijen dan kurir narkoba. Perlahan-lahan, hidupnya bergelimang kemewahan dan makin jauh masuk dalam bahaya. 

Rezim Ronald Reagan saat itu, kepada publik, menyatakan perang terhadap narkoba. DEA dan FBI menjadi penegak hukum dalam negeri yang bekerja untuk penumpasan narkoba. Schafer tahu jika Barry tengah memainkan peran ganda namun membiarkan. Hingga Barry harus mendekam di penjara ketika militer Kolombia mengepung sebuah rumah dimana dirinya sedang merayakan kesuksesan bersama bos-bos Medellin. 

Schafer lalu mengajukan negoisasi baru. Barry yang dipenjara di Kolombia dan keluarga yang terancam digrebek satuan FBI memaksa Barry menyetujuinya. Kali ini, Barry menjadi pilot yang mula-mula membawa senjata untuk kelompok yang melawan Sandinista hingga mengangkut orang-orang yang kelak disebut sebagai kelompok Contra itu. Barry merekrut orang baru dan membentuk tim. Mereka diberikan hanggar dan landas pacu sendiri. 

Uang datang makin banyak. Bukan saja tetap mengangkut narkoba dari Kolombia, Bary dan timnya juga menjadi kurir penyuplai senjata. Sebagai petugas lapangan dari CIA dan pelaku garis depan politik luar negeri Reagan terhadap Nikaragua, Barry tetap memainkan kepentingannya sendiri: mengakumulasi kekayaan dari bisnis narkotik. Barry memiliki rumah mewah, keluarga yang kaya raya, serta melakukan pencucian uang dengan membuat usaha-usaha fiktif. Ia menjadi nasabah terhormat bank.

Barry kini menampung dua identitas sekaligus: patriot bagi kepentingan nasional Amerika Serikat (= politik luar negeri agresif Reagan) dan musuh besar DEA serta FBI. Karir ganda Barry ini hampir saja tamat ketika FBI dan DEA telah memiliki cukup bukti untuk meringkusnya. Namun ia tetap selamat karena kepentingan intelijen yang lebih tinggi nan serius. Kepentingan yang membawanya ke White House.

Oleh para staff Reagan, Barry diminta membantu propaganda hitam terhadap kelompok Sandinitas atau gerakan komunis secara luas di Amerika Tengah. Contra terlalu lembek, bukanlah lawan tarung Sandinista. Propaganda hitam yang akan dilakukan adalah dengan cara mengambil gambar bos-bos kartel kala melakukan pengiriman senjata dan narkotik. Foto-fotonya kemudian muncul di media massa, barang bukti yang efektif. 

Rezim Reagan kini memiliki justifikasi tambahan tentang bahaya komunisme. Kelompok yang diinspirasi oleh filsafat Marxisme-Leninisme ini bukan saja membahayakan nilai-nilai Amerika tentang demokrasi, kemerdekaan dan kebebasan. Mereka juga membahayakan generasi Amerika bahkan dunia dengan terlibat perdagangan narkoba. Justifikasi ini dibutuhkan untuk mendorong aksi yang lebih keras, tentu saja. Termasuk dukungan politik dari dalam rumah mengingat kekalahan dalam perang Indo-China II melawan Vietcong, di Asia Tenggara.

Barry, penerbang dengan peran kunci dibalik ambisi Reagan menghapus komunisme di halaman depan rumah Paman Sam.

***

Barry Seal dan keluarga kecilnya semasa hidup | dailymail.co.uk
Barry Seal dan keluarga kecilnya semasa hidup | dailymail.co.uk
Barry Seal adalah pilot penerbangan sipil yang bekerja pada Trans World Airlines (TWA). TWA melayani rute New York City ke Los Angeles melalui St. Louis, Kansas City serta beberapa penghentian lain. Kala itu adalah tahun-tahun dimana polarisasi buah Cold War telah mencapai halaman depan negeri Paman Sam. Presiden yang pernah menjadi aktor film, Ronald Reagan tengah memimpin Amerika. Sementara aliansi komunisme sedang menciptakan agen-agen revolusionernya di Asia, Timur Tengah hingga Amerika Tengah. 

Barry Seal adalah sosok yang nyata. Independent.co.uk menceritakan jika pada umur 15 tahun, ia bisa menerbangkan pesawat seorang diri. Setahun kemudian, ia memperoleh ijin terbang. Sebelum bergabung dengan TWA, ia melayani Louisiana Army National Guard and Army Reserved. Semasa berhubungan dengan kartel Medellin, ia dikenal Pablo Escobar sebagai "El Gordo" yang sejatinya bertubuh tambun. Barry akhirnya mati dibunuh. Pembunuhnya dikatakan merupakan orang kiriman kartel Medellin. Namun banyak yang percaya itu pekerjaan CIA.

Operasi ganda yang dilakukan Barry Seal menempatkanya sebagai sosok sentral dalam "Iran-Contra scandal" di era Reagan. Latar besar politik yang mengondisikannya adalah karena presiden ke 40 Amerika dari Partai Republik ini dikenal pro-aktif menghancurkan komunisme. Aksi nyatanya diwujudkan dengan dukungan terbuka terhadap gerakan-gerakan anti-komunis, terutama melalui pembiayaan dan pelatihan militer dengan idealisme: demi kemerdekaan, demokrasi dan kebebasan. 

Bagi Reagan, para revolusioner komunis berjuang dengan tujuan melahirkan tirani semata. Alasan inilah yang membuat Amerika berkoaliasi dengan Mujahidin dalam Perang Afganistan yang berlangsung sekitar 10 tahun (1979-1989). Juga terlibat dalam dukungan militer kepada kelompok paramiliter di Nikaragua, berperang dengan pemerintahan sayap kiri, Sandinista National Liberation Front. Charles Krauthammer, di majalah Time tahun 1985, menulis jika politik luar negeri agresif ini sebagai "Reagan Doctrine". 

Dalam makalah berjudul "Say Uncle", Reagan Doctrine and Nicaragua (2010), Jordan Kasler mengatakan jika Central Intelligence Agency (CIA) menjadi unit yang bekerja melatih kelompok paramiliter. Dimulai tahun 1981, dengan pembiayaan senilai 19,5 juta dolar Amerika, CIA membentuk kelompok dari 500 orang Nikaragua buangan. Mereka kemudian dikenal dengan Contra. CIA juga mendapatkan dana tambahan dari aktifitas perdagangan senjata secara ilegal ke Iran selama masa ini. Skandal intelijen yang kemudian dikenal dengan "the Iran-Contra Affair/Scandal", November 1986. 

Kita boleh mengatakan jika film American Made (Agustus, 2017) adalah biografi dari perjalanan hidup Barry Seal. Atawa, lebih persisnya, bagaimana sutradara Doug Liman mengisahkan operasi hitam CIA era Reagan dari kisah hidup seorang sipil yang menjadi agen non-karir lewat medium sinematik. Adaptasi Liman lumayan berhasil menulis ulang narasi kelam CIA, doktrin Reagan dan ketegangan perang dingin.  

Kali ini, hemat saya, Liman sukses memperlihatkan hidup seorang sipil yang "ikut bermain dan berakhir mengenaskan" dalam perang intelijen. Setting suasana 80an lewat konstum pemain, telepon koin, dan kehidupan di kota-kota kala itu hidup kembali. Termasuk alam Amerika Tengah yang hijau, diikat oleh sungai-sungai yang melintasi. Gambar dari wilayah yang "terbelakang".  

Namun, lebih dari kisah biografis, pesan paling kritis film ini adalah apa yang disebut sebagai ideal-ideal Amerika terhadap dunia bukanlah takdir sejarah, seperti yang diyakini oleh penganut Demokrasi Liberal. Bukan juga pilihan terakhir peradaban manusia karena Demokrasi Liberal dan padanannya, Pasar Bebas, tidak dilahirkan dari dialog dan konsensus-bebas paksaan yang setara antara bangsa-bangsa. Dengan maksud yang sama, melalui film berbiaya 50 juta dollar Amerika ini, Liman seperti mengatakan jika apa yang dicapai oleh Demokrasi Liberal adalah kemenangan operasi intelijen-militer yang menghalalkan segala cara demi memperjuangkan standar ganda National Interest. 

Singkat kata,Liman kembali hadir mengkritik borok dalam operasi intelijen negara adidaya sesudah "The Wall", film dengan lebih banyak mengeksplorasi psikologi prajurit yang terjebak perang Irak sebagaimana pernah diulas di sini. Kali ini, Liman datang tanpa aksi hero-heroan gaya Bourne. Pun tindakan melawan sistem duet pembunuh bayaran ala Mr. and Mrs. Smith. 

American Made adalah cara Liman menghidupkan kembali riwayat Barry Seal yang tragis. Sebagai pengingat akan jejak hitam operasi CIA dalam mengawetkan hegemoni mondial Amerika Serikat.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun