***
Barry Seal adalah sosok yang nyata. Independent.co.uk menceritakan jika pada umur 15 tahun, ia bisa menerbangkan pesawat seorang diri. Setahun kemudian, ia memperoleh ijin terbang. Sebelum bergabung dengan TWA, ia melayani Louisiana Army National Guard and Army Reserved. Semasa berhubungan dengan kartel Medellin, ia dikenal Pablo Escobar sebagai "El Gordo" yang sejatinya bertubuh tambun. Barry akhirnya mati dibunuh. Pembunuhnya dikatakan merupakan orang kiriman kartel Medellin. Namun banyak yang percaya itu pekerjaan CIA.
Operasi ganda yang dilakukan Barry Seal menempatkanya sebagai sosok sentral dalam "Iran-Contra scandal" di era Reagan. Latar besar politik yang mengondisikannya adalah karena presiden ke 40 Amerika dari Partai Republik ini dikenal pro-aktif menghancurkan komunisme. Aksi nyatanya diwujudkan dengan dukungan terbuka terhadap gerakan-gerakan anti-komunis, terutama melalui pembiayaan dan pelatihan militer dengan idealisme: demi kemerdekaan, demokrasi dan kebebasan.Â
Bagi Reagan, para revolusioner komunis berjuang dengan tujuan melahirkan tirani semata. Alasan inilah yang membuat Amerika berkoaliasi dengan Mujahidin dalam Perang Afganistan yang berlangsung sekitar 10 tahun (1979-1989). Juga terlibat dalam dukungan militer kepada kelompok paramiliter di Nikaragua, berperang dengan pemerintahan sayap kiri, Sandinista National Liberation Front. Charles Krauthammer, di majalah Time tahun 1985, menulis jika politik luar negeri agresif ini sebagai "Reagan Doctrine".Â
Dalam makalah berjudul "Say Uncle", Reagan Doctrine and Nicaragua (2010), Jordan Kasler mengatakan jika Central Intelligence Agency (CIA) menjadi unit yang bekerja melatih kelompok paramiliter. Dimulai tahun 1981, dengan pembiayaan senilai 19,5 juta dolar Amerika, CIA membentuk kelompok dari 500 orang Nikaragua buangan. Mereka kemudian dikenal dengan Contra. CIA juga mendapatkan dana tambahan dari aktifitas perdagangan senjata secara ilegal ke Iran selama masa ini. Skandal intelijen yang kemudian dikenal dengan "the Iran-Contra Affair/Scandal", November 1986.Â
Kita boleh mengatakan jika film American Made (Agustus, 2017) adalah biografi dari perjalanan hidup Barry Seal. Atawa, lebih persisnya, bagaimana sutradara Doug Liman mengisahkan operasi hitam CIA era Reagan dari kisah hidup seorang sipil yang menjadi agen non-karir lewat medium sinematik. Adaptasi Liman lumayan berhasil menulis ulang narasi kelam CIA, doktrin Reagan dan ketegangan perang dingin. Â
Kali ini, hemat saya, Liman sukses memperlihatkan hidup seorang sipil yang "ikut bermain dan berakhir mengenaskan" dalam perang intelijen. Setting suasana 80an lewat konstum pemain, telepon koin, dan kehidupan di kota-kota kala itu hidup kembali. Termasuk alam Amerika Tengah yang hijau, diikat oleh sungai-sungai yang melintasi. Gambar dari wilayah yang "terbelakang". Â
Namun, lebih dari kisah biografis, pesan paling kritis film ini adalah apa yang disebut sebagai ideal-ideal Amerika terhadap dunia bukanlah takdir sejarah, seperti yang diyakini oleh penganut Demokrasi Liberal. Bukan juga pilihan terakhir peradaban manusia karena Demokrasi Liberal dan padanannya, Pasar Bebas, tidak dilahirkan dari dialog dan konsensus-bebas paksaan yang setara antara bangsa-bangsa. Dengan maksud yang sama, melalui film berbiaya 50 juta dollar Amerika ini, Liman seperti mengatakan jika apa yang dicapai oleh Demokrasi Liberal adalah kemenangan operasi intelijen-militer yang menghalalkan segala cara demi memperjuangkan standar ganda National Interest.Â
Singkat kata,Liman kembali hadir mengkritik borok dalam operasi intelijen negara adidaya sesudah "The Wall", film dengan lebih banyak mengeksplorasi psikologi prajurit yang terjebak perang Irak sebagaimana pernah diulas di sini. Kali ini, Liman datang tanpa aksi hero-heroan gaya Bourne. Pun tindakan melawan sistem duet pembunuh bayaran ala Mr. and Mrs. Smith.Â
American Made adalah cara Liman menghidupkan kembali riwayat Barry Seal yang tragis. Sebagai pengingat akan jejak hitam operasi CIA dalam mengawetkan hegemoni mondial Amerika Serikat.