Ilmu bermain catur-lah yang menyelamatkan hidupnya yang a-politik. Catur yang memelihara harapannya. Maier sendiri bunuh diri karena tahu tak ada pengampunan di depan tentara sekutu. Diego sekarang memiliki kesempatan untuk melanjutkan hidup bersama dua perempuan cantik, Marianne dan anak perempuannya. Happy ending, dah!
Masalahnya, empat tahun adalah masa tanpa kabar bagi mereka yang hidup di luar penjara Nazi. Masa yang hanya mengabarkan kematian bagi mereka yang bukan tahanan, termasuk Marianne. Marianne yang modus manis memilih menikahi "penyelamat hidupnya"-dari pada harus mengalami takdir kelam janda perang seperti dalam film Malenayang dibintangi Monica Belucci-- semasa Diego dalam kurungan Nazi. Surat-surat yang dikirim Diego tak pernah sampai, Maier yang menyimpannya. Maier juga yang memberitahu jika sudah sejak lama mengetahui Diego bukanlah simpatisan komunis. Dan membuka satu rahasia jika Pierre terlibat di balik penangkapannya.
Sialan! Andai itu terjadi kepada kamu.....
Namun Diego tampak selayaknya jiwa yang telah menerima getir nasibnya. Baginya lolos dari penjara Nazi adalah sebuah keajaiban terhadap hidupnya yang tidak religius. Itu mungkin sudah cukup bagi hidup yang harus dilanjutkan. Diego belumlah sepuh dan Nazisme mulai rontok, masa depan cerah membayang di depan sana. Lebih penting lagi, ia masih boleh menjumpai anak perempuannya. Anak perempuan yang mulai lupa padanya lantas kembali teringat sesudah memainkan catur. Seolah mengatakan, remis bukanlah pilihan.
Film ini ditutup oleh adegan Diego berpelukan dengan anaknya. Sementara Marianne sedang tersedu-sedu membaca surat-surat Diego yang tak pernah terkirim. Pada sebuah tangga, dengan desir angin dan dedaunan yang jatuh perlahan.
Mungkinkah tak banyak air mata bagi kegetiran tak terbayangkan di kesadaran seorang pecatur?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H