Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tiga Nilai Lebih dalam Film "Chasing the Dragon"

13 November 2017   19:27 Diperbarui: 13 November 2017   20:37 21044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donnie Yen sebagai Crippled Ho dalam film Chasing the Dragon (2017) | Cinema Clock

Donnie Yen dan Andy Lau barusan tampil bareng dalam film Chasing the Dragon. Film yang disutradarai duet Jason Kwan dan Wong Jing ini adalah buah remake film berjudul To Be Number One and Lee Rock (1991) yang memenangkan kategori Film Terbaik pada Hong Kong Film Awards yang ke 11.

Sebagaimana pendahulunya, Chasing the Dragon terinspirasi dari kisah hidup Ng Sek-Ho alias Crippled Ho (diperankan Donnie Yen) yang memulai kekuasaannya dari seorang imigran hingga mencapai puncak kekuasaan Triad dalam urusan perdagangan narkotik (1960-1970). Crippled Ho bersama 3 orang saudara sekampungnya hanyalah orang-orang kecil yang bertahan hidup melewati kemiskinan dan kekerasan jalanan.

Figurnya menjadi menonjol karena keberanian dan kesetiaannya pada persaudaraan selain seorang petarung yang tangguh (walau dalam film tidak terlihat memiliki kemampuan kung fu yang berlevel maestro). Lee Rock yang dijuluki sebagai "500 Million Dollars Sergeant" melihat ini sebagai sekutu strategis yang kebetulan berasal dari kampung halaman yang sama. Perlahan, kolaborasi keduanya berkembang menjadi kekuatan dominan; kombinasi polisi dan gengster. Termasuk mengalahkan persekutuan sejenis yang  juga hidup dari bisnis hitam narkotik dan kekerasan.

Sepanjang 112 menit, penonton akan dihantar melihat jika film ini tidak berkisah tentang satu sosok. Film ini tidak menunjukan bagaimana seorang Godfather Triad bekerja layaknya Don Vito Corleone di negeri Paman Sam. Pada Godfather versi Hollywood yang merupakan adaptasi novel Mario Puzo, kita bisa melihat asal-usul kekuasaan Vito Corleone: masa kecil sarat kekerasan, pelarian dari tanah Sisilia, bekerja sebagai penjaga toko kecil, terlibat dalam persaingan impor minyak Zaitun lantas naik pengaruh setelah mengeksekusi tukang palak di distik tempat tinggalnya, maka pada Godfather versi Hong Kong, ini tidak terlukiskan.

Selain itu, pada Godfather-nya Francis Ford Coppola, penonton bisa pula menyimak sistem kerja mafia organisasi yang selalu berlapis dengan central-planner seorang Vito Corleone. Vito Corleone memiliki lingkaran inti yang berisi ahli hukum dan eksekutor kekerasan serta lapisan pengawal bersenjata yang terikat pada etik Vendetta (pembalasan dendam) dan Omerta (menjaga rahasia) serta jejaring penguasa politik dan hukum negara  yang melindungi operasi-operasi illegalnya. Chasing the Dragon tidak memperlihatkan hal yang sama.

Lantas, apa yang membuat film berdurasi panjang ini masih memiliki nilai lebih?  

Pertama, Chasing the Dragon lebih berkisah kolaborasi gengster dan polisi sejak awal. Pencapaian Crippled Ho adalah sejarah kolaborasi dengan seorang petinggi kepolisian bernama Liu Lock alias Lee Rock (Andy Lau) yang korup. Keberhasilan keduanya menjadi penguasa hitam bisnis narkotik juga dimungkinkan oleh boboroknya hukum saat Hong Kong masih berada dalam kendali kolonialisme Inggris. orang-orang Inggris dilukiskan sebagai petinggi yang ikut berburu untung dan pelanggengan pengaruh. 

Dengan nada yang sedikit kritis, Wong Jing di nwasianweekly.com, "We're showing how the British colonial powers didn't do anything good for Hongkongers. They were only colluding for bribes. Of course, not all of them did that, but maybe 70 to 80 percent did."

Selain itu, penonton diajak melihat bagaimana Lee Rock menggunakan koneksi mertuanya untuk mencapai posisi puncak dalam kepolisian yang dengan itu melanggengkan relasi patron-client.  Saat yang sama, kekuasaan Crippled Ho di Kowloon terus berkembang dalam perlindungan Lee Rock. Ikatan persaudaraan sekampung membuat persekutuan jahat ini terikat makin kuat. 

Karena itu, film ini bukan jenis One Man Show. 

Kedua, Chasing the Dragon secara umum berada dalam "spirit sinematik" dari film Hong Kong yang mengisahkan perjuangan melawan sistem yang bobrok. Khususnya perang melawan kekuasaan korup, kuasa mafia dan perdagangan narkotik yang merupakan bagian utama dalam membentuk sejarah Hong Kong modern. 

Hong Kong adalah salah satu terminal kargo terbesar di dunia yang telah memainkan peran yang panjang sebagai pusat bisnis dari distribusi heroin. Sejak 1987, Hong Kong merupakan lokasi transit sebelum heroin bergerak ke Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Baru pada 1 November 2000, Amerika Serikat menghapus Hong Kong dari daftar hitam pemain utama bongkar muat obatan-obatan terlarang. (Sebagaimana dilaporkan Karen A. Joe Laidler, David Hodson dan Harold Traver: The Hong Kong Drug Market, A Report for UNICRI on The UNDCP Global Study in Illicit Drug Markets.2000).

Sebab itu, hemat saya, film ini adalah bagian penting dari penggal narasi sejarah perlawanan terhadap narkotika dari sudut pandang kondisi zaman dan kemunculan aktor dominan. FYI, Kowloon semasa Crippled Ho di puncak kuasa adalah kota yang dikontrol Triad dengan aktivitas utama: prostitusi, perjudian, dan penyalahgunaan obat.

Ketiga, khusus bagi penggemar berat Donnie Yen, Anda akan melihat usaha menghancurkan imejnya sebagai aktor laga yang protagonis. Terutama imej-nya sebagai IP Man, guru Bruce Lee yang legendaris itu. Aktor laga berusia 54 ini memang masih "lapar" berkarya. Untuk memerankan Crippled Ho, Yen mengaku memiliki riset sendiri dan ingin keluar dari karakter Godfather yang dibangun oleh Ray Lui (pemeran Crippled Ho pada To be Number One). 

Dia bahkan berharap agar perannya kali ini bisa melahirkan asosiasi karakter yang berbeda paska-IP Man sebagaimana dilaporkan the Straits Times.  

Apakah harapan ini akan terwujud? Saya sendiri melihat Donnie Yen yang memang hadir berbeda. Ekspresinya yang tenang dan bijaksana dalam IP Man berubah menjadi bengis dan meledak-ledak. Tidak terlihat jejak mastro Kung Fu yang identik dengan dirinya. Konteks cerita dan karakter tokoh jelas membuatnya melakoni karakter berbeda. Namun ini tentu tidak akan cukup untuk menghapus karakter IP Man yang dilahirkan lewat tiga sekuel (sejak 2008-2015). 

Kecuali, barangkali, jika biografi Crippled Ho dihadirkan dalam periodisasi yang lebih detil. 

Misalnya saja, asal-usulnya sebagai imigran dan bagaimana kultur kekerasan jalanan membentuk karakter awalnya. Atau menyoroti fase kejatuhannya dengan menyoroti kondisi-kondisi kritis dan reaksi Clipped Ho. Dengan kata lain, menggunakan sudut pandang Mario Puzo dan Ford Copolla kala menggarap Godfather hingga tiga seri. Atau justru cara berkisah hidup IP-Man dengan versi yang terbalik: hidup seorang kriminal keras kakap.

Selebihnya, nonton saja sana. Masih tayang di bioskop tuh. Ehe!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun