Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Buku Latihan Tidur

4 November 2017   09:27 Diperbarui: 4 November 2017   09:48 4289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Latihan Tidur - Jokpin | Dok.pribadi

Jika nanti air mataku terbit di matamu
dan air matamu terbenam di mataku,
maaf selesai dan cinta kembali dimulai.
[Pulang, 2016]

Buku Latihan tidur merupakan kumpulan puisi terkini Joko Pinurbo. Sebelumnya, sejak tahun 1999, penyair yang keren disapa Jokpin telah menerbitkan 12 buku kumpulan puisi. Dua diantaranya, yakni Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016) dan Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu (2016) telah saya baca berulangkali dengan ketakjuban yang konsisten.

Jika pada Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, pembaca diajak menikmati karya-karya yang terentang diantara tahun 1989 hingga 2012, maka Buku Latihan Tidur menyajikan karya yang dilahirkan dalam kurun 2012-2016. Keseluruhan ada 45 puisi dengan pengolahan kata yang membuat penikmatnya senyum-senyum tak percaya. Seperti yang sudah-sudah, segar-bergembira.

Saya ambil satu penggal dialog dalam puisi Kemacetan Tercinta.

"Selamat malam, Bu. Apakah di tengah
kemacetan ini kecantikan masih berguna?"

Ibunya tidak menjawab, malah berkata,
"Kemacetan ini terbentang antara hati
yang kusut dan pikiran yang ruwet.
Kamu dan negara sama-sama mumet."

Demi kemacetan tercinta ia rela menjadi tua
di jalan; ia rela melupakan umur.

Hanya ketika di Jakarta, saya pernah mendengar ungkap orang-orang menghabiskan umur di jalanan. Jokpin membuatkan puisi yang membuat ungkapan itu terbaca lebih tabah; subtil.  Lebih dari itu, Jokpin memberi pengertian baru terhadap macet yang sering menjadi pangkal segala dongkol bagi warga kota yang sibuk dan serba efisien. Dalam puisinya, kemacetan adalah kondisi berakar dalam suasana diri yang tidak mampu berdamai: tumbuh dari persilangan hati yang kusut dan pikiran yang ruwet.

Tentu saja, ada karya yang lebih ajaib atau paling menonjol dari kumpulan puisi terkininya. Bagi yang sudah membaca, saya rasa, satu yang ajaib itu adalah Kamus Kecil.

Pertama kali menyimak puisi ini dari sebuah dialog tentang Apa itu Puisi? yang dipandu Najwa Shihab. Jokpin dan Sapardi Djoko Damono sebagai narasumbernya.

Jokpin membacakan Kamus Kecil yang kala itu masih dalam manuskrip.  Videonya bisa disimak di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun