Selanjutnya, hidup Manglehorn kembali mengurusi perempuan tua yang mulai pikun. Seorang petugas pasar malam yang kehilangan kunci kontrakannya. Seorang pemuda yang diusir dari rumah karena menghilangkan kunci kantor ayahnya. Seorang pejabat dari luar kota yang kehilangan kunci kamar tempat ia menghabiskan akhir pekan dengan sekretarisnya yang tergila-gila pada jalan pintas kesuksesan.
Begitu seterusnya. Orang-orang yang takut kehilangan kunci untuk melindungi privasinya datang silih berganti ke bengkel kerja Manglehorn. Anehnya, mereka selalu saja kehilangan kunci. Manglehorn bahkan tak bisa lagi menghitung beberapa warga yang telah bolak-balik memohon keajaiban darinya.
Lebih aneh lagi, Manglehorn belum sadar jika dialah sesungguhnya kunci bagi seluruh warga kota. Dialah malaikat penjaga yang tidak pernah meminta disebut dalam doa-doa. Manglehorn masihlah seseorang yang datang dari jauh dengan petuah-petuah tentang kesetiaan yang sederhana.
Kesetiaan pada pekerjaan yang tampak remeh. Kesetiaan menolong orang-orang kehilangan yang itu-itu saja. Tak pernah naik pangkat. Tak pernah merasa terhormat dengan sanjungan. Bahkan, beberapa dihadapi tanpa pernah mengucapkan terima kasih.
Lantas, di bagian mana dari hidup Manglehorn yang membuat terperangkap pada pertanyaan salah atau jawaban keliru itu? Pada bagian mana, perempuan bernama Kinasih hadir dan menciptakan penggalan dramatik bagi masa tua Manglehorn?
Sejujurnya, ini adalah bagian kisah yang sedikit rumit. Tapi, barangkali sebagai pengantar, kau harus membayangkan sebuah patahan dari sesuatu yang rutin. Kau juga harus bisa membayangkan apa yang bukan drama bagi hidup Manglehorn berbalik arah menjadi drama yang hampir menguras habis daya tahan si tukang kunci.
Kinasih adalah kehadiran yang samar-samar dan tipis batasnya dengan misteri. Kau masih ingat jika Kinasih adalah himpunan rahasia yang terarsip rapi dalam kamar tanpa daun jendela dengan hanya seorang Manglehorn yang boleh bolak-balik di sana?
Manglehorn memang pernah menulis surat seperti ini:
Kinasih, aku adalah tukang kunci paling setia yang dimiliki kota dengan orang-orang yang aneh. Mereka menjaga privasi dengan menghilangkan kuncinya. Tapi aku meragukan jika aku mampu menjadi tukang kunci yang tabah ketika kehilangan privasinya sendiri. Di hari kau pergi.
Karena itu, menurutku, Kinasih adalah kehilangan terbesar si tukang kunci yang membuatnya tak lagi melihat ada manusia lain di kota yang telah menjadikannya sesetia malaikat penjaga. Kehilangan yang terlalu berat sehingga terlambat menyadari jika setiap hari adalah pagi bagi kelahiran.
Dan aku tak memiliki tega demi mengetahui bagian ini. Sekali lagi, jangan menghina kemalangan Manglehorn dan Kinasih dengan membuat kisahnya sebagai daftar motivasimu.