"Kalian yakin tubuh di dalam itu bukan Jeremi?"
"Bukan, Pak."
"Maksudnya, coba diingat lagi, barangkali ada tanda-tanda yang terlewati?"
"Bukan, Pak. Sudah jelas bukan Jeremi."
"Mungkin dia menggunakan sesuatu yang.."
"Sudah kami ceritakan semuanya di dalam. Itu bukan Jeremi. Kurang jelas apalagi?!"
Hardi memotong pertanyaan, menarik tangan Anton, melangkah cepat-cepat. "Pemeriksaan yang tolol," hardik Anton pelan. "Huus!"
Di depan pintu kamar mayat itu, sesosok tubuh lelaki dengan kaca mata berlensa lebar dari platik, flanel merah bersepatu coklat yang berlumuran darah, menatap punggung Anton dan Hardi dengan air mata yang tertahan.
Di sampingnya, wajah perempuan dengan darah yang membuat seluruh rok putihnya berubah merah, juga menahan air mata. Tangannya terikat rantai yang terpasang di punggung  lelaki muda.
Anton tiba-tiba merasakan dingin yang gigil di tengkuknya.
"Har, sepertinya Jeremi ada di sini."