Suasana cemas anak manusia di dalam kapal yang sedang dibombardir peluru tidak cukup dielaborasi. Tak ada percakapan yang memaksa penonton bermenung di depan ide-ide tentang moral atau tragedi, misalnya. Kecemasan dalam perahu berlalu dengan hambar.
Saya sendiri sempat berharap, ada dialog yang eksistensialis di depan kematian. Seperti misalnya pada film Fury dimana Wardaddy dan pasukannya memilih bertahan di dalam tank sebagai piihan menjadi bermakna terakhir kali dalam hidup mereka yang selalu lolos dari malaikat maut perang. Â Â
Contoh sejenis yang bisa dijadikan gambaran dari suasana hambar itu adalah barisan panjang tentara yang menanti jemputan kapal di atas dermaga kayu. Sementara saat bersamaan, pesawat tentara Jerman meliuk-liuk menjatuhkan bom atau tembakan. Barisan tentara ini tampak seperti botol-botol minum beralkohol selundupan di depan api aparat kepolisian. Suasana yang tergambar hanyalah pasrah.
Pasalnya, dalam kondisi menunggu dimakan bom ini, penonton tidak dipertunjukan dengan potongan tubuh yang pecah dan darah yang membuat merah lautan. Singkat kata, tak ada kengerian di depan pembantaian.Â
Sementara, dalam imajinasi saya, terbayang suasana yang mengerikan seperti pada pembukaan film Saving Private Ryan-nya Steven Spielberg saat pasukan mendarat di pantai sebelum berhasil menghancurkan bunker musuh yang bersiaga di bukit sepanjang pantai. Â
Hal lain dari suasana hambar itu adalah datarnya narasi epik dalam proses evakuasi ratusan ribu tentara.Â
Yang pertama, pada keberanian para pelaut sipil yang nekad menjemput anak-anak muda yang bukan saja pasrah namun mulai diidap trauma. Mereka para pelaut yang memilih menyelamatkan anak-anak muda di tengah resiko terhantam ledakan atau sengatan api yang menyala dari kapal terbakar.
Aksi voluntaristik para pelaut sipil--beberapa digambarkan sudah sepuh--yang sebelumnya saya bayangkan sebagai tindakan paling heroik dari warga sipil dalam kisah Dunkirk ternyata tidak terjadi. Tak ada adegan yang menunjukan pergulatan mereka melewati ombak yang dijatuhi bom. Aksi penyelamatan mereka berlangsung terlalu mulus.
Sama halnya dalam adegan kejar-kejaran di langit cerah antara pilot Inggris dan Jerman. Penonton tidak diperlihatkan serunya pertempuran udara yang menentukan mulusnya proses evakuasi. Sementara, sepanjang film, tidak ditunjukan pergerakan pasukan darat Jerman dalam mengepung tentara sekutu yang tak berdaya. Artinya, semestinya, aksi penyelamatan udara adalah adegan krusial di dalam film. Tapi kok...?Â
Peristiwa terakhir dimana saya berharap ada sedikit adegan yang menggetarkan adalah saat para tentara yang selamat itu berada di gerbong kereta yang membawa mereka pulang ke daratan tenang. Kepulangan yang mengeluarkan mereka dari tragedi.Â
Saya membayangkan adanya sambutan yang mengharukan oleh para warga. Sambutan penuh keharuan yang bukan sekadar membuat suasana dalam studio bioskop penuh rasa haru diam-diam namun mengingatkan jika terlibat dalam perang tidak pernah memenangkan apa-apa selain melayani ego para maniak. Adalah lebih penting menyelamatkan jiwa-jiwa yang terjebak dalam keputusan untuk berperang.Â